Hiburlah seorang raja dengan impian ketika ia tak lagi mampu bermimpi, ketika ia terhimpit duka mendalam akibat kematian orang kesayangan. Sanjung dia, beri tahu dia beberapa dusta fantatis yang menyenangkan. Apa pun amarah yang ia rasakan kepada Anda, ia akan melupakannya dan menjadikan Anda sahabat.
Tengoklah sebuah kisah lama di dunia para hewan, aku mengutipnya dari FABLES, Jean De La Fontaine (1621 -1695). Dalam kisah ini ia bercerita tentang duka seekor singa akibat kematian permaisurinya. Raja singa kehilangan ratunya secara tiba-tiba. Semua hewan bergegas ke istana menunjukkan kesetiannya.
Mereka datang ke hadapan sang raja dengan menawarkan penghibur dari duka yang mendalam itu. tapi sanjungan dan pujian yang diberikan para kumpulan hewan itu hanya membuat raja singa tambah berduka. Ia benar-benar terpukul dengan kematian ratunya yang secara tiba-tiba.
Para penghuni istana hewan membawakan khutbah-khutbah dan nyanyian dengan musik terindah yang belum pernah dimainkan sebelumnya, namun raja tetap menangis. Semua usaha kumpulan hewan itu sia-sia belaka. Pujian dan sanjungan itu hanya membuat si duda tambah bersedih.
Pemberitahuan disebarkan ke seluruh pelosok rimba bahwa upacara pemekaman ratu singan akan segera dilakukan pada waktu tertentu di tempat tertentu. Para prajurit raja singa diperintahkan untuk menghadiri upacara tersebut, mengatur upacara itu sebaik-baiknya agar raja tak lagi berduka. Hewan-hewan yang datang menempati posisi sesuai dengan kedudukannya dalam kasta rimba.
Para hewan tahu bahwa mereka tak boleh absen dari upacara tersebut. Prajurit istana mengatur letak hewan-hewan yang datang sesuai dengan kedudukan mereka masing-masing. Mereka tahu tak boleh absen dari upacara sakral milik raja singa tersebut.
Pemakaman pun dilakukan dalam sebuah gua di tengah belantara. Sebelum prosesi pemakaman dilakukan, raja singa yang telah menduda mengungkapkan duka citanya, raja yang ganas dengan taring tajam dan aumannya yang menakutkan, kini harus menangis. Singa-singa lain ikut berduka bersamanya. Singa mengaum dengan nada yang berbeda-beda.
Istana singa kini jadi tempat semua hewan entah sedih, gembira atau acuh terhadap semuanya, sesuai dengan aksi yang dianggap cocok oleh si penguasa. Penghuni jagad rimba yang tidak bersedih dianggap keterlaluan karena tak menangisi kepergian sang ratu.
Masing-masing hewan berusaha meniru tingkah sedih raja mereka, mereka terus berusaha untuk menunjukkan perasaan dukanya, meski kadang hanya sebuah kepalsuan belaka. Peristiwa itu benar-benar telah menunjukkan bahwa satu pikiran menggerakkan seribu pikiran. Kesedihan raja telah membuat seisi istana berduka.
Pada upacara kematian itu, hanya rusan jantan yang dengan berani menunjukkan ketaksedihannya, sehingga ia dianggap tak menghargai raja yang berduka. Baginya, ia tak akan menangisi kematian sang ratu hutan, karena kematian sang ratu berarti dendamnya telah terbalaskan. Ratu dan raja singa dan pengikutnya lah yang membuat keturunan rusa jadi mangsa sepanjang masa. Maka pantas rusa jantan tak bersedih hari itu.
Satu prajurit singa kemudian memberitahukan hal itu kepada komandannya, bahwa rusa jantan gembira atas kematian ratu singa. Hal itu kemudian di teruskan kepada raja singa yang berduka, bahwa ia menegaskan bahwa telah melihat rusa jantan tertawa di hari kematian ratu.
Raja singa marah besar dalam dukanya seperti itu. Amarah sang raja sangatlah mengerikan, terutama amarah raja singa. “Rimbawan yang menyedihkan, berani sekali kau tertawa padahal semua hewan di sekelilingmu bersimbah air mata. Kami tidak akan menoda cakar kami dengan darah kotormu, karena itu kau lebih baik dimangsa srigala sebagai hukuman kelancangan tawamu di hari kematian ratu singa,” kata komadan singa.
Rusa jantan tetap tertawa. “Srigala, aku beri kehormatan bagimu untuk melumat dan mengoyak tubuh rusa jantan jalang itu, karena kau serigala pemberani, maka balaskan dendam atas raja kita dengan mengadakan upacara kurban si pengkhianat ini bagi ratu yang penuh kebesaran,” lanjut komandan singa.
Rusa jantan berhenti tertawa dan menanggapi ancaman itu. Ia berkata kepada raja singa. “Tuan, masa berkabung telah berlalu, duka cita tak ada gunanya, aku baru saja melihat pasangan Anda yang terhormat. Ia berbaring di atas ranjang yang ditaburi kelopak mawar, aku langsung mengenalinya. Ia berpesan padaku, hentikan upacara kemewahan ini, hentikan tetesan air mata yang tidak berguna itu. Ratu mengaku telah menikmati seribu hidangan lezat di alam baka, mengobrol bersama hewan-hewan surga seperti diriku ini. Biarlah keputusasaan sang raja tetap tidak terkendali selama beberapa waktu karena hal itu memuaskanku…”
Sebelum rusa jantan selesai berbicara. Semua hewan lain berteriak.” Mukjizat… mukjizat… mukjizat.” Si rusa jantan alih-alih dihukum, ia malah menerima banyak hadiah dari sang raja singa.
Usai upacara pemakaman itu tak ada lagi kesedihan raja singa dan semua hewan dalam belantara. Si kura-kura bertanya pada rusa jantan di savana ketika sedang merumput. “Apa yang membuatmu berani tertwa dan mengatakan telah melihat ratu dalam surga, padahal itu semua kuyakini hanya sebuah kebohonganmu belaka.”
Rusa jantan hanya tersenyum. Ia kemudian berkata. “Hiburlah sang raja, sanjung dia, beri tahu dia beberapa dusta fantatis yang menyenangkan. Apa pun amarah yang ia rasakan kepadamu, ia akan melupakannya dan menjadikanmu sahabatnya.”[]
Belum ada tanggapan untuk "Hiburan Kematian"
Post a Comment