|
Klub VOA Bireuen 1941 |
VOA, jangan kira ini Voice of Amerika, tapi inilah riwayat klub sepak bola tertua di Aceh.
Apa sebenarnya makna panjang dari VOA, sampai kini belum jelas. Hanya satu sisa kebesaran klub ini tempo dulu, itulah lapangan VOA di kota Bireuen, warisan Ampon Chik Peusangan yang kini jadi milik Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Aceh, Firmandez.
Dua saksi sejarah kebesaran klub VOA di Bireuen, Nurdin Ishak (68) dan AR Djuli (80) wartawan senior di Kota Juang juga tak paham apa kepanjangan VOA, namun yang pasti diyakini itu singkatan dari suku kata dalam bahasa Belanda. Ada yang menyebutnya Voetbal Atjeh.
Sesamar namanya begitu juga tahun berdirinya. Dua saksi sejarah kebesaran klub sepek bola VOA tadi juga bukan terlibat langsung dalam klub, tapi orang luar yang masih menyimpan memori tentang itu.
Nurdin Ishak merupakan putra dari almarhum Keuchik Ishak, striker handal VOA. Sementara AR Djuli pada masa remajanya sering menyaksikan para pemain klub tersebut berlatih. “Para pemain sangat disiplin berlatih, manajemennya juga tegas, tiga kali berturut-turut seorang pemain tidak latihan langsung dipecat,” ungkap AR Djuli.
Menurutnya, klub VOA Bireuen merupakan tim sepak bola yang cukup disegani lawan-lawannya kala itu. Mereka mampu mengalahkan klub-klub tangguh baik kala tandang maupun kandang. Antara tahun 1930-an hingga 1950-an VOA Bireuen sering bertandang ke Medan dan Jakarta melawab klub-klub papan atas di nusantara. Salah seorang pelatih VOA yang masih diingat AR Djuli adalah Firdaus Siregar.
Kenangan tentang VOA lainnya diungkapkan Nurdin Ishak. Kepada Offside ia mengungkapkan bahwa, kala ayahnya bermain sebagai striker di klub VOA, ia sering dibawa ke lapangan. “Saat itu saya masih kanak-kanak, belum sekolah, kalau ayah latihan saya sering menonton dari pinggir lapangan,” kenangnya.
Selain ayahnya, ia masih ingat beberapa nama pemain tangguh VOA, antara lain: Husein Bima, Hamid Bintang, Amin Crah, Alamsyah Lancok, Abdullah Lancok, Ayah Cadek, Firdaus Siregar (dari pemain sampai jadi pelatih VOA), Keuchik Aji, Mahmud (Guru Mud, ayahnya Nasir Guru Mud awak Away Persiraja), serta Abdulah Badu.
Selain mereka VOA juga diperkuat pemain-pemain dari luar Bireuen yang bertugas di Bireuen, seperti Syamaun Gaharu (mantan Pangdam Iskandar Muda), Pattinasarani (bapaknya Ronny Pattinasarani, mantan kapten PSSI) dan EE. Mangindaan (mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara)
Nurdin mengisahkan, sebelum bermain di klub VOA, bapaknya bersama Ayah Cadek dan sejumlah pemain lainnya bergabung di klub Sinar Peusangan, Matangglumpangdua. Kedua klub tersebut sering bertukar pemain. “Saat itu juga sudah ada kontrak mengontrak pemain. Ayah saya bersama beberapa pemain sering dibon klub-klub bola di Medan dan Jawa,” lanjutnya.
Akhit tahun 1950-an kejayaan VOA Bireuen mulai meredup. Manajemen sudah tidak solit, para pemain juga sudah berpencar, ada yang pindah tugas ada pula yang sudah menanjak tua. Sementara regenerasi klub mandeg.
Baru pada tahun 1960-an muncul lagi klub sepak bola di Bireuen dengan label Persatuan Sepak Bola Kota Bireuen (PSKB). Nurdin Ishak sendiri mengikuti jejak ayahnya. Nurdin bermain di PSKB sekitar tahun 1965. “Ketika itu hanya berlaga di seputaran Aceh saja. Setelah itu persepakbolaan di Bireuen tenggelam,” jelasnya.
Klub sepak bola di Bireuen bangkit lagi pada tahun 1970. Tokoh-toko sepak bola di Kabupaten Bireuen membentuk klub baru yaitu Persatuan Sepak Bola Seluruh Bireuen (PSSB). Pemain-pemain bola berpotensi muncul lagi.
PSSB Bireuen berhasil menempati Divisi II PSSI sampai 1990. Pada tahun 1991, PSSB menjadi satu-satunya tim dari kecamatan yang mampu meloloskan diri ke Divisi I PSSI. Masa itu PSSB dipimpin oleh H Asyek H Jusuf sebagai ketua Umum dan M. Nasir Pawang sebagai pelatih.
Ketika Kecamatan Bireuen merubah status menjadi kabupaten pada tahun 1999, klub PSSB termasuk tim sepak bola yang disegani di Sumatera. Tahun 2006, PSSB di bawah binaan Mustafa A. Glanggang (Bupati Bireuen ketika itu), mampu promosi ke kasta elit sepak bola Indonesia yakni divisi utama.
Kini PSSB menuai masalah, dari masalah gaji pemain yang belum dibayar miliaran rupiah, hingga masalah kepengurusan baru yang sampai kini belum terbentuk. Sejauh ini PSSB belum di ketahui dinahkodai oleh siapa. Akankah sepak bola Bireuen kembali meredup, atau malah hilang di kancah sepak bola Indonesia? Semoga saja tidak.[Offside/Zulhelmi A Gani]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "VOA, Romansa Klub Tua Aceh"
Post a Comment