Nyak Kaoey kemaren kedatangan rakan sahbat dari jauh. Dia juga cucu Endatu yang mengabariku akan keresahannya. Belum sempat kutanya apa pasal resahnya, ianya mendahuli jawab. Katanya, ini Aceh negeri warisan Endatu yang saleh telah dimiliki oleh generasi yang salah. Generasi yang disebutnya serba paléh alias celaka.
Negeri ini serba paléh sudah katanya. Tak mau terus-terusan mendengar kata paléh dari mulutnya, Nyak Kaoey bertanya pasal apa yang disebutnya paléh itu? Sambil tersenyum dia menjawab bahwa karena adanya sifat paléh, maka tak ada lagi demokrasi di Aceh. Mulai dari anak muda sampai orang tuha sudah terkotak-kotak, sudah pecah belah, macam barang pelah belah di peukan saja.
Nyak Kaoey mengangguk, kalau tak ada lagi musyawarah dalam demokrasi, kata Nyak Kaoey itu cocok dikatakan untuk orang-orang dana anak muda seperti itu adalah, paléh agam han jeut duék banja, paléh aneuék muda han löp pakat. Celakanya lagi ketika para pemimpin di Aceh mendengar pembisik-pembisiknya tanpa penyaringan, ini namanya paléh raja geudeungo haba sibeurangkasoe.
Masalahnya lagi katanya, dalam keadaan Aceh yang carut marut sekarang, banyak orang pintar yang tidak mau berbuat. Bagi mereka Nyak Kaoey lakab ngôn hadihmaja ini, Paléh ureuéng carông beuó buet, paléh ureuéng pubuet hana mupakat, paléh ureuéng kuat peusuna.
Nah, kata kawanku itu, soal jika ditanyai orang kita, dalam suasana serba paléh ini orang mana yang berhak dipilih jadi pemimpin Aceh, maka itu jawab bahwa olehmu wahai Nyak Kaoey, pintanya.
Sambil garoë-garoë ulèi Nyak Kaoey menjawab, terhadap soal seperti itu maka perlu dijawab bahwa, pilihlah pemimpin Aceh itu ureuéng nyang tuha. Makna tuha itu bukanlah tuha umu, tapi tuha segalanya. Lalu bertanya lagi ianya pada Nyak Kaoey, apa makna tuha itu?
Jawab bahwa, untuk memilih pemimpin Aceh itu, maka olehmu pilihlah ureuéng tuha nyang beutoi-beutoi tuha. Makna tuha itu adalah, tuha bijéh, tuha ulèii, tuha bulé, tuha pangkéi. Bila lagi ditanya apa makna dari semua tuha itu, maka jawab bahwa, tuha bijéh maknanya adalah orang yang jelas keturunannya bukan aneuék darohaka bukan pula aneuék haramjadah. Lalu lagi makna tuha ulèi adalah ianya itu orang pandai yang cukup ilmunya untuk memimpin nanggroë.
Kemudian tuha bulèi bermakna ianya itu merupakan orang yang disegani uleh sibeurangkasoë yang berwibawa dan memiliki nilai ketokohan dan bisa jadi panutan bagi siapa sahaja. Lanjut dari pada itu lagi adalah tuha pangkéi makna darinya itu adalah ianya itu orang yang cukup dari segi ekonomi bukan orang miskin, jadi ketika ianya itu dipilih jadi pemimpin ia sudah punya uang banyak sehingga tak lagi makan uang rakyat.
Lebih penting dari itu, sabda Nyak Kaoey, pilihlah olehmu ureuéng nyang tuha tuhöe, tuha tusö droë, maknanya orang yang tahu siapa dirinya secara agama. Artinya ia tahu bahwa ianya sebagai pemimpin memegang amanah rakyat, dan apa yang dipimpinnya akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di yaumilmasya.
Lalu lagi bisa dimaknai bawha tuha tuhöe, tuha tusö droë itu adalah orang yang tahu bahwa ianya hidup di dunia sebagai hamba Tuhan dan sadar bahwa ia hidup dalam aturan Tuhan. Nah, kalau orang yang memiliki macam-macam sifat tuha seperti Nyak Kaoey sebutkan tadi ada, maka pilihlah ianya untuk memimpin Aceh.[]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Tuha Tuhö, Tuha Tusoë Droë"
Post a Comment