Masyarakat Aceh memiliki adat istiadat yang mengatur siklus kehidupan, mulai dari adat semasa kelahiran, kanak-kanak, dewasa, tua, sampai kematian. Di setiap tingkatan usia itu adat istiadat yang berlaku berbeda-beda. Salah satunya tentang mé gaténg atau mè bu kulah kepada ibu hamil. Biasanya dilakukan pada kelahiran pertama.
Adat mengantar nasi (mee bu) dilakukan saat pengantin wanita (dara baro) diketahui sudah hamil. Kabar kehamilan tersebut segera disampaikan kepada keluarga mempelai pria (linto baro). Mendapat kabar gembira itu, maka ibu linto baro selaku mertua (mak tuan) pada suatu waktu akan mengunjungi dara baro yang hamil tersebut bersama sanak keluarganya. Dalam kunjungan tersebut, rombongan mak tuan membawakan nasi bungkus berbentuk piramida (bu kulah) yang dibungkus daun pisang.
Biasanya upacara mengantar nasi ini dilakukan pada saat usia kehamilan dara baro sudah tujuh bulan. Bersama bu kulah turut dibawakan lauk pauk yang terdiri dari ikan, daging, ayam panggang, dan burung panggang. Nasi dan lauknya itu dimasukkan dalam baki (talam) ditutup dengan tudung kemudian dibungkus. Adat membawa makanan ini sering juga disebut mee gaténg.
Selain itu juga dibawakan sirih, pakaian bayi dan uang ala kadar. Pakaian dan uang itu akan diserahkan langsung kepada dara baro yang sedang mengandung, sebagai simbul penyerahan tanggung jawab untuk merawat bayi yang akan lahir. Begitu juga dengan burung panggang, khusus diberikan kepada ibu hamil agar anaknya yang akan lahir nanti cerdik dan pandai. Jenis burung yang biasa diberikan adalah merpati.
Pemberian ini dimaksudkan agar dara baro yang sedang hamil mendapat penghormatan dari mertuanya, yakni dengan memberikan makanan yang enak-enak untuk menghadapi masa kelahiran. Karena pekerjaan melahirkan dianggap sebagai pertarungan hidup mati si ibu untuk melahirkan anak. Dalam istilah masyarakat Aceh disebut sambong nyawong, yakni menyambung nyawa.
Menariknya, pengantar makanan ini semua dilakukan oleh perempuan. Ketika sampai dirumah dara baro rombongan dijemput oleh seorang penyambut di halaman rumah untuk dipersilahkan masuk ke ruang tamu (seuramoe). Sementara pihak tuan rumah berada di ruang belakang (seuramoe likot). Makanan yang dibawa diserahkan kepada pihak dara baro, lalu dibawa ke seuramoe likot untuk diperlihatkan kepada keluarganya, kemudian dibuka untuk dimakan bersama. Rombongan pengantar makan di ruang tamu, sedangkan tuan rumah makan di ruang belakang.
Setelah selesai acara makan, dara baro menjumpai rombongan mertuanya di ruang tamu untuk mohon maaf dan meminta doa restu, sambil salaman dan bersujud kepada mertua dan ibu kandungnya. Kemudian barang yang dibawa untuk dara baro yakni pakaian bayi akan diserahkan beserta sejumlah uang diserahkan langsung disertai dengan kata pengantar yang kemudian dijawab oleh pihak keluarga dara baro. Usai penyerahan tersebut, maka selesaikan prosesi adat mee bu atau mee gateng.[]
Artikel keren lainnya:
1 Tanggapan untuk "Mé Gaténg dalam Adat Aceh"
adat yang unik dari aceh,patut dijaga..
thanks for share
Post a Comment