Fachri Husaini legenda sepak bola Indonesia asal Lhokseumawe. Kapten tim nasional Indonesia era 1996-1999 ini menghabiskan sebagian besar karirnya di kalimantan. Sejak 2008 melatih Bontang FC.
Fachri Husaini lahir di Lhokseumawe 27 Juli 1965. Ia salah seorang gelandang terbaik yang pernah ada di tim nasional Indonesia. Karena kepiawaiannya mengembang tugas sebagai playmaker dan wibawanya di luar dan dalam lapangan, ia dipercayakan menjadi kapten timnas selama tiga musim.
Karirnya sebagai pemain lebih banyak dihabiskan di Pupuk Kaltim. Fachri bermain sembilan musim di klub tersebut, sejak 1992 hingga 2001. Ia berhasil membawa Pupuk Kaltim menjadi finalis liga Indonesia pada musim 1999-2000. Setahun kemudian ia pensiun dari sepak bola.
Meski demikian bukan berarti ia meninggalkan sepak bola secara permanen. Setelah tak lagi jadi pemain, Fachri mengikuti kursus kepelatihan dan berhasil mendapat sertifikat C-1. Ia pun kemudian mencoba peruntungan menjadi pelatih bola. Diklat Manado menjadi klub pertama yang dilatihnya pada tahun 2001-2002.
Ia kemudian mengasah ilmu kepelatihannya pada pelatih kepala tim nasional Indonesia U-23 (senior) Peter Withe pada tahun 2004-2005. Kala itu ia dipercayakan menjadi asisten Peter Withe. Setelah itu si gam Aceh ini dipercayakan untuk melatih tim sepak bola Pekan Olah Raga Nasional (PON) Kalimantan Timur. Di bawah asuhannya, tim PON Kaltim berhasil meraih juara ketiga.
Karena keberhasilannya itu, pada tahun 2008 Fachri dipercayakan untuk melatih PKT Bontang (Bontang FC). Meski kurang berhasil menangani PKT Bontang, Fachri Husiani sempat membuat heboh jagad sepak bola Indonesia, ketika ia mengungkapkan adanya mafia pengaturan skor di Liga Super Indonesia.
Sebagaimana dilansir Balikpapaner’s, Fachri dengan lantang mengungkapkan bahwa ada mafia yang terkait dengan bandar judi yang bermain di balik pengaturan skor tersebut.
Fachri mengaku pernah diminta oleh seorang anggota manajemen klub Bontang FC agar timnya mengalah saat melawan Persiwa Wamena. Jika ia bersedia, maka klubnya akan mendapatkan imbalan dana yang bisa digunakan untuk membayar tunggakan gaji pemain dan biaya tandang ke Malang untuk menghadapi Arema Indonesia, serta dana untuk babak playoff melawan Persidafon Dafonso. Untuk mendapatkan “kompensasi” tersebut, Fachri diminta untuk menurunkan pemain lokal saja saat melawan Persiwa dan mengalah lebih dari tiga gol.
Blak-blakangnya Fachri Husaini tidak hanya sampai di situ. Ia juga mengungkapkan bahwa sehari sebelum laga melawan Persiwa, ada pertemuan dengan seluruh anggota tim di rumah ketua umum Bontang FC. Tapi ia menolak tawaran tersebut. Ia tetap menurunkan pemain terbaik di timnya. Dan laga itu berkesudahan seri 3-3. [dbs]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Fachri Husaini, Lantang di Sepak Bola"
Post a Comment