Panglima Nyak Dum merupakan panglima yang diutus Sulthan Iskandar Muda untuk menjalin hubungan dengan Turki dan meminta bantuan militer untuk memerangi Portugis di Selat Malaka.
Panglima Nyak Dum digambarkan sebagai pemberani yang kebal terhadap senjata tajam dan peluru. Ia juga fasih berbahasa Arab. Dalam perjalanannya, ketiga kapal delegasi Aceh itu terbawa badai.
Perjalanan dari Aceh menuju Turki itu menghabiskan waktu sampai dua tahun. Lada yang dikirim sebagai persembahan untuk Sulthan Turki dijual untuk memenuhi kebutuhan selama perjalanan panjang tersebut.
Ketika kapal masuk ke pelabuhan di Konstatinopel, lada yang tersisa hanya sepuluh goni. Panglima Nyak Dum kemudian mengambil secupak lada dan membungkusnya dalam kain kuning, sebagai isyarat bahwa bingkisan itu dipersembahkan kepada sulthan Turki dari sultan Aceh.
Setelah sekitar tiga bulan delegasi Aceh itu berada di Turki, Panglima Nyak Dum dan rombongannya kembali ke Aceh. Sebagai balasan tanda memperkuat persahabatan, Sulthan Turki mengirim sebuah meriam dan alat-alat perang untuk Sulthan Aceh. Meriam itulah yang kemudian dikenal sebagai meriam lada sicupak. Dalam rombongan Panglima Nyak Dum juga diikutserakan 12 orang Turki ahli militer dan pelayaran untuk mendampingi mereka sampai ke Aceh. Pasukan Turki yang tiba di Aceh antara tahun 1566 sampai 1577 sebanyak 500 orang, termasuk ahli senjata api, penembak dan ahli peperangan. Dengan bantuan itu Kerajaan Aceh mengusir Portugis di Malaka.[iskandar norman]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Panglima Nyak Dum, Diplomat Aceh Untuk Turki"
Post a Comment