|
Romario de Souza Faria |
Mega bintang Brazil, Romario harus menjalani hari tua dalam lilitan utang. Gaya hidup glamour membuat legenda sepakbola dunia ini bangkrut. Kini mencoba peruntungan di panggung politik.
Bagi masyarakat Brazil, Romario merupakan legenda hidup. Ia berada setingkat di bawah Pele. Pria bernama lengkap Romario de Souza Faria ini berperan besar membawa Brazil menjadi juara dunia sepakbola pada 1994 di Amerika Serikat.
Romario terpaksa menjual apartemen mewahnya di Rio de Janeiro untuk membayar utang-utangnya. Dia juga dikenai denda 900.000 dolar AS atau sekitar Rp8,9 miliar karena menghindari pajak. Apartemen milik Romario yang ditaksir bernilai hampir 5 juta dolar Amerika atau sekitar Rp49,5 miliar dilelang dengan harga 4,37 juta dolar AS atau sekitar Rp43,3 miliar.
Romario sempat ditahan selama 22 jam oleh polisi di Barra de Tijuca karena tidak membayar tunjangan terhadap istrinya, ibu dua dari tujuh anaknya. Setelah ditahan ia sepakat untuk membayar tunjangan 45.000 dolar AS atau sekitar Rp445,9 juta.
Akibat kebangkrutan inilah, Romario meski sudah tua dan sudah menyatakan pensiun dari sepakbola, kembali turun ke lapangan hijau dengan klub America de Rio de Janeiro, tim divisi dua yang pernah dibela mendiang ayahnya, Adevair.
Semasa jayanya di lapangan hijau bintang kelahiran 29 Januari 1966 ini adalah striker yang berbahaya. Ia dikenal sebagai pemain yang sangat jenius di kotak pinalti, cerdas membagi umpan, serta berkarisma.
Romario memulai karir sepakbolanya di klub Olaria AC, sebuah klub kecil di Rio de Janeiro. Dari sinilah ia membangun pondasi karirnya hingga menjadi mega bintang di beberbagai klub dunia selama 23 tahun karir profesionalnya.
Namanya mulai dikenal ketika menjadi top skor pada olimpiade 1998 dengan torehal tujuh gol, serta membawa Brazil meraih medali perak. Romario semakin terkenal ketika membawa Brazil menjuarai piala dunia 1994 di Amerika Serikat, kala itu ia mencetak lima gol untuk timnas Brazil. Karena itulah FIFA memberinya World Player of The Years dan World Cup Golden Ball. Romario juga salah satu dari 125 pemain paling hebat dalam perayaan ulang tahun FIFA ke-100. Inilah puncak karir Romario sebagai mega bintang sepakbola.
Brazil menjadi juara dunia keempatkalinya setelah pada tahun 2004 mengalahkan Italia lewat adu pinalti. Pada perhelatan piala dunia itu, Romario diduetkan dengan Bebeto. Duet “maut” yang berhasil membawa Brazil ke final dan meraih juara.
Pada 20 Mei 2007 saat masih memperkuat klub Vasco da Gama Romario mengklaim dirinya sudah mencetak 1000 gol setelah menjebol gawang Sport Recife. Namun berdasarkan hitungan FIFA ia masih kekurangan 70 gol untuk mencapai angkat tersebut. Pasalnya, gol yang dicetak Romario di luar karir profesionalnya tidak dihitung FIFA.
Sepanjang karir profesionalnya Romario berganti klub 17 kali di 10 klub yang berbeda, mulai dari Vasco da Gama, PSV, Barcelona, Flamengo, Valencia, Fluminense, Al-Sadd, Miami FC, Adelaide United, dan America RJH. Tapi sebagian besar karirnya dihabiskan di Brazil.
Pensiun dari sepakbola, Romario mencoba terjun ke panggung politik. Pada Juni 2011 lalu, ia mengumumkan rencananya maju sebagai calon walikota Rio de Janeiro. Menariknya, yang jadi wakilnya adalah Bebeto, teman duetnya di lini depan timnas Brazil kala menjuarai piala dunia 1994.
Keduanya telah memulai karir politik pada tahun 2010. Pada tahun itu Romario terpilih sebagai anggota konggres di parlemen Brazil, sementara Bebeto terpilih menjadi anggota konggres di Rio de Janeiro. Tapi sayangnya, duet mega bintang yang sukses pada piala dunia 1994 itu, gagal pada pemilihan walikota. Sukses di lapangan hijau tak selamanya berbanding lurus dengan politik.[iskandar norman]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Romario, Tersungkurnya Mega Bintang"
Post a Comment