Bineuh, ratap perempuan akan nista. Berawal dari sebuah kemesuman, berakhir dengan keprihatinan. Sebuah iba yang melahirkan gerak bersama dalam tari. Sering juga disebut sebagai tarian Bines.
Tarian ini dimainkan oleh beberapa perempuan. Awal lahirnya bermula dari kemesuman yang dilakukan oleh Onde Ni Malelang yang berbuat mesum dengan seorang pemuda.
Sebagaimana disebut oleh T Alibasyah Talsya dalam Aceh yang Kaya Budaya (1972). Ketika perbuatan melanggar syariat itu diketahui umum, Onde Ni Malelang dihukum cambuk. Tak kuasa menahan dera, perempuan muda itu pun meninggal.
Ibu si Onde Ni Malelang sangat terpukul dengan kematian anaknya. Dalam duka yang bercampur malu akibat perbuatan sang anak, ia meratap sambil mengelilingi jasad anaknya yang terbujur kaku. Ia meratap dan mengiba kepada warga agar memperlakukan mayat anaknya layaknya jasad muslim lainnya.
Sambil meratap ia berjalan selangkah demi selangkah. Para gadis dan ibu-ibu yang melihat tangisan itu ikut terharu. Satu persatu mereka mengikuti gerak langkah ibu si Onde Ni Malelang, ikut meratap memohon ampunan atas dosa kemesumannya. Ratapan itulah yang kemudian menjadi cikal bakal tarian bineuh atau disebut juga bines.
Dalam perkembangannya, syair dan gerak sedih dalam bineuh dari sedih perlahan lahan berubah jadi gerak riang. Tarian bineuh dimulai dengan Bismillah, para penarinya mengenakan pakaian khas daerah yang dilengkapi dengan berbagai asesoris, mulai dari bentuk sanggul yang dihiasi dengan bunga dan berbagai kembang. Dipinggang para penari diikat kain seperti kain batik. Sambil menari dan bergerak melingkar, para penari terus bersyair dan bersajak. Isi dari syair dan sajak tersebut menyinggung berbagai segi kehidupan.
Seorang perempuan yang bertindak sebagai pemimpin tari berdendang dengan syair-syairnya, dendang yang kemudian diikuti oleh para penari lainnya. salah satu syairnya berbunyi:
Ode-ode Ni Malelang
Bukon sayang Malelang mak
Ode-ode si madion
Peulheuh apon madion mak
Tamse kubeu puteh talak
Taboh geumbak madion mak
Tasie kubeu bak teungoh blang
Taboh andam malelang mak
Oh bineuh
oh bineuh
Jinoe lon balek laen
Puteh licen suot beurata
Setelah itu, para penari akan melanjutkan syair tersebut. Isinya bisa berupa anjuran kepada masyarakat tentang hakikat hidup bermasyarakat yang harus tunduk pada hukum dan norma yang berlaku.
Selain dimainkan oleh para wanita, bines ada juga dimainkan oleh pria yang disebut Sining Bines. Gerak tari sining bines hampir seluruhnya sama dengan tarian bines, yaitu bergerak melingkar sambil bersyair.
Dalam perkembanganya bines maupun sining bines mulai dimasukkan kisah-kisah lain dalam syairnya sesuai dengan tuntutan waktu dan maksud pengelarannya tanpa merubah bentuk aslinya yang sudah dikenal masyarakat. Yang membedakan bines dengan sining bines adalah hanyalah pada sining bines, para pria yang menari sambil bergerak melingkar, sesekali secara serentak menghentakkan kakinya ke lantai secara bervariasi dan berirama.
Hentakan tersebut seolah-olah telah mengelamkan retapan dalam syairnya; ratapan yang menjadi asal mula lahirnya bines. Dengan hentakan kakinya tersebut seakan-akan para penari para penari mengingatkan penonton bahwa kesedihan tidak selamanya harus dihadapi dengan air mata.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Bineuh (Bines)"
Post a Comment