3 Tanggapan untuk "Kriteria Wali Nanggroe"

Unknown said...

asslamualaikum.

Bagaimana bisa wali nanggroe dihubungkan dengan sejarah aceh???

Karena pemangku sultan Alaidin M. Daudsyah adalah Tuanku Hasyim Banta Muda.., dan pada waktu itu tidak ada wali nanggroe.dan Tgk Chik Ditiro sebagai qadhi malikul adil,, seterusnya diserahkan kepada beliau untuk memimpin peperangan.

Kalo bicara mengenai wali nanggroe maka akan terjadi suatu kerancuan??
karena mengakui wali nanggroe maka akan mengakui Kesultanan Aceh,, karena yang memberi hak perwalian adalah dari keturunan kesultanan Aceh

Asnawi Ali said...

"Wali Neugara" kon "Wali Nanggroë". Njang ramé hana teupeuë lé ureuëng Atjèh djino teumasôk pansus raqan Wali Nanggroë bahwasadjih: "WALI NEUGARA" (Head of state in emergency) dgn "WALI NANGGROË" (Guardian) bida. Narit njang diulang2 bah that pih salah akan djeut beutôi dalam politék kutoë. Bah that pih meunan, handjeut gata peubeutôi buët njang salah. Peundjeulasan singkat dgn bukti ttg reuncana awak pansus DPRA njang peupalsu seudjarah Atjèh njoë akan tapeutrang sigra.

"Wali Nanggroë" dgn "Wali Neugara" bida. Kata "Nanggroë" bukan bhs Aceh arti kata drpd "Negara". Almarhum Tgk Hasan Tiro bukan Wali Nanggroë ke 8 melainkan Wali Neugara ke 8. (Sumber: Buku "The Price of Freedom: The Unfinished Diary of Tgk Hasan Di Tiro)

Lalu ada manusia dari Singapore mengklaim dirinya Wali Nanggroë ke 9? Dari mana asal usulnya bisa langsung jadi ke 9? Dalam berhitung saja dimulai dgn angka 1 bukan 9.

Asnawi Ali said...

Lembaga Wali Nanggroe bukan Lembaga Wali Negara

Mengkritisi penyimpangan sejarah yang terjadi akibat rencana pembentukan lembaga Wali Nanggroe di Aceh, ASNLF menegaskan bahwa:

Tidak ada hubungan apapun antara Lembaga Wali Negara yang merujuk pada sejarah dan budaya bangsa Aceh, yang terakhir kali dipegang oleh Tengku Hasan Muhammad di Tiro (alm), dengan lembaga “Wali Nanggroe” produk Helsinki yang sedang dipersengketakan oleh banyak pihak di Aceh akhir-akhir ini.

Dalam buku “The Price of Freedom”, Tengku Hasan Muhammad di Tiro (alm) telah menjelaskan, apa yang dimaksud dengan Wali Negara dan kenapa beliau menyebutkan dirinya sebagai wali. Istilah “Wali” diibaratkan seperti seorang anak kecil yang kehilangan orang tuanya, sementara dia belum dewasa. Sebagai pengganti orang tuanya diperlukan seorang Wali untuk menjaga dan melindungi dirinya. Demikianlah halnya dalam kasus negara Aceh, yang akan dijelaskan dalam alasan historis berikut ini.

http://www.asnlf.org/index.php/asnlf-website-melaju/berita-aktual/siaran-pers-11112012/

Contact Form

Name

Email *

Message *