Khianat biasa muncul dalam ingkar tanpa abdi. Berkhianat dekat dengan cela bila itu merugikan orang lain. Tapi pandanglah dari sisi berbeda, khianat kadang dibutuhkan untuk kemajuan. Masalahnya, bagaimana menjadi khianat tanpa merugikan orang lain.
Khianat yang demikian perlu dikemas dengan indah dalam pengabdian. Hubungan suami istri boleh putus karena cerai, tapi kasih sayang terhadap anak, mewajibkan si ibu dan bapak harus bisa saling tersenyum.
Cinta remaja bisa putus, tapi bagaimana kadar kekasih yang hilang jadi sahabat atau mantan pacar bisa membuat dua sejoli bisa terus tertawa. Begitulah khianat yang santun yang bisa tersenyum dalam luka.
Khianat dibutuhkan untuk perubahan, karena setiap orang bebas untuk menjadi apa yang diinginkannya. Seseorang adalah tuan bagi dirinya sendiri. Kata filsuf Frusia, Friedrick Wihelm Nietzsche, how one becomes what one is. Ia paling bahagia mendengar suaranya dan melihat wajahnya sendiri, bukan pada cermin dan telinga orang lain.
Persoalannya, kadang khianat juga memamah kita. Bagaimana menjaganya menjadi energi positif hingga khianat mendongkrat perjalanan jadi prestasi. Bukan malah kehilangan kepercayaan diri, apa lagi harus kuatir.
Kata Rober Frost, kuatir itu membunuh lebih banyak orang tinimbang kecelakaan kerja. Kalau kita sudah kehilangan percaya diri, berarti nasib kita memang sudah ditentukan demikian. Kuatir juga sering mengantar orang pada kegagalan.
Orang arif tak akan melihat khianat itu sebagai masalah, tapi berkah. Disitulah muncul nilai sesunguhnya yang melahirkan pengalaman sebagai ajaran. Ingat, sebagai guru, pengalaman itu tidak pernah berbohong, hanya saja kita yang kadang sering jadi keledai.
Kalaupun kita tidak bisa bersikap arif terhadap khianat, dan tetap menggangapnya sebagai masalah, kita masih bisa memandang masalah itu dengan cara yang santun, tanpa berembrio dan melahirkan masalah baru. Ketika masalah digagahi masalah maka yang lahir dari rahimnya adalah kegagalan.
Pilsuf Arthur Schopenhauer dalam epictetus compassion is the basic of all morality mengatakan, bukan masalah yang menggangu kita, tapi cara kita memandang masalah itu. Jangan membuang hari dengan memandang khianat sebagai masalah, karena setiap orang adalah tuan bagi dirinya sendiri. Ia bebas berkhianat, termasuk bebas untuk mengkhianati dirinya sendiri.***
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Khianat"
Post a Comment