Bayeuén dikenal sebagai burung yang memiliki bulu halus, indah dan menawan. Ia juga cerdik. Banyak pelajaran dari tingkah bayeuén yang bisa menjadi pengingat bagi kita, bagaimana akal sehat harus dijaga. Keindahan rupa dari bayeuén membuat saudagar dan uleebalang Aceh tempo dulu sangat suka memeliharanya. Tapi hati-hati memelihara bayeuén, bila kekurangan kebutuhannya ia bisa melakukan gerak tipuan hingga kemudian bebas dari sangkar. Akal sehat manusia bisa dikalahkannya. Makanya dalam hadih maja ureuéng Aceh dikenal adigum beutegöh-teugöh peulahra bayeuén, kuruéng umpeuén ji phö lam rimba.
Baiklah kini kuceritakan padamu bagaimana bayeuén yang cerdik menipu tuannya dengan bahasa isyarat yang disampaikan kepada kawan-kawannya. Hebatnya lagi bahasa isyarat itu disampaikan oleh tuannya sendiri kepada bayeuén lainnya dalam rimba.
Cinta yang berlebihan terhadap keindahan bayeuén membuat uleebalang mau melakukan apa saja terhadap peliharaannya itu. Suatu ketika uleebalang bermaksud berburu rusa dalam rimba. Ia berkara pada bayeuén peliharaannya, pesan apa yang harus disampaikannya bila nanti dalam hutan ia bertemu dengan kawanan bayeuén.
Bayeuén tak mau menitipkan pesan apa-apa, ia meminta kebebasannya, ia ingin pergi bersama tuannya untuk kembali dalam rimba. Tapi permintaan itu ditolak oleh uleebalang. Meski demikian, sebagai burung yang cerdik, ia berkata pada uleebalang untuk mengumumkan pada bayeuén dalam hutan tentang penahanan dirinya dalam sangkar di rumah uleebalang.
Uleebalang menuruti permintaan itu. Ia berkata pada setiap bayeuén yang hidup bebas dalam rimba bahwa seekor bayeuén telah jadi sahabatnya dalam sangkar di rumahnya. Namun, tiba-tiba seekor bayeuén yang persis seperti milik uleebalang dalam sangkar, jatuh dari sebatang pohon.
Uleebalang beranggapan itu pasti kerabat bayeuén miliknya, karena bulu-bulunya sangat mirip. Ia kemudian berpikir, berita kematian bayeuén dalam rimba itu harus disampaikan pada bayeuén miliknya, kalau tidak, ia pasti akan sangat bersedih kelak karena tak mengetahui saudaranya dalam rimba telah meninggal ketika mendengar berita penahanannya.
Ketika pulang, bayeuén dalam sangkar bertanya pada uleebalang, apakah ia sudah menyampaikan pesannya kepada bayeuén di rimba raya? Setelah itu apakah ada berita baik untuknya dari kawan-kawannya dalam rimba?. Uleebalang menggeleng sambil berkata, tak ada berita baik untuk binatang peliharaannya itu. Sebaliknya, ia membawa berita buruk, berita tentang matinya seekor bayeuén dalam rimba setelah mendengar berita penahanan bayeuénnya dalam sangkar.
Mendengar itu, bayeuén yang ada dalam sangkar jatuh dan tak bergerak lagi. Uleebalang kembali berpikir, burung peliharaannya itu pasti pingsan setelah mendengar kerabatnya dalam hutan mati karena mendengar berita penahanan dirinya. Dengan sedih ia mengangkat bayeuén itu dari dasar sangkar dan meletakkannya di atas meja, ia mengelus-ngelus kepala burung itu dengan lembut.
Seketika itu juga bayeuén itu terbang dan hinggap di dahan pohon di muka rumah uleebalang. Ia berkata pada uleebalang, mantan tuannya itu, bahwa sekarang sesuatu yang dianggap uleebalang bencana sesungguhnya merupakan berita baik bagi burung itu.
Bayeuén membuka rahasia bahwa pesan tentang penahanan dirinya yang diminta untuk disampaikan pada kawan-kawannya di hutan merupakan trik dari kecerdikannya agar ia bisa bebas. Ia kemudian terbang meninggalkan uleebalang. Ia kembali bebas dan berkumpul dengan kawan-kawannya, termasuk bayeuén yang pura-pura mati ketika jatuh dari pohon dalam rimba di depan uleebalang. Cerita yang mirip dengan kisah bayeuén sebelumnya juga terdapat dalam Tales of The Dervishes, Idries Shah (1967) yang bercerita tentang burung India.[]
Belum ada tanggapan untuk "Kala Bayeuen Menipu Uleebalang"
Post a Comment