“Pertumbuhan jumlah ras manusia sebanding dengan penyusutan rasa peduli mereka”Pernyataan dari filsuf Perancis kelahiran Jenewa, Jean Jacques Rousseau itu seolah mempertegas hancurnya peradaban manusia dari masa ke masa. Penumpukan manusia di palet bernama bumi ini telah membawa pengaruh yang besar.
Jumlah penduduk dunia setiap tahun terus mengalami peningkatan. Data yang dikeluarkan Bank Dunia menyebutkan, pada tahun 1960 manusia penghuni bumi ini hanya sekitar tiga miliar orang. dalam kurun waktu 49 tahun meningkat menjadi 6,7 miliar pada 2009. Dan kini di tahun 2011 jumlah populasi manusia di bumi sudah mencapai tujuh miliar jiwa.
Peneliti dari Pew Forum on religion an Public Life memprediksikan pertumbuhan penduduk bumi setiap tahun meningkat sekitar 2,2 persen. 1,5 persen diantaranya merupakan penduduk muslim, sisanya 0,7 persen non muslim.
Dalam “On the Origin and Foundation of the Inequality of Mankins” Rousseau menyentil pertumbuhan penduduk bumi itu akan membawa pertentangan sesama manusia dengan corak yang berbeda. Ia mempertentangkan antara orang-orang tak berperadaban dengan orang-orang yang berperadaban di kota populis. Ia mengambil contoh Perancis dengan Jenewa.
Katanya, kepadatan populasi manusia menyebabkan terjadinya penignkatan dalam pembagian kerja dan perubahan dalam kebudayaan. Rousseau menilai itu terjadi karena tidak adanya rasa cinta dan tanggung jawab diri.
Kemudian Profesor Sosiolog di Universitas Essez, Brya S Turner pada salah satu sub bab bukunya “Agama dan Teori Sosial” menilai apa yang dikatakan Rousseau itu terjadi akibat seluruh penduduk—terutama di perkotaan—telah terjangkit penyakit yang mementingkan diri sendiri. Reputasi lebih diutamakan dalam kriteria penilaian seorang pria atau manusia, ketimbang kebaikan pribadinya. Ia menegaskan dengan kalimat “Di dalam ruang kota yang sumpek, nilai-nilai kekeluargaan menjadi terlecehkan.”
Sementara Durkhein menilai penyebabnya adalah hilangnya nurani kolektif, tapi bagi sosialog dan pilsuf lainnya Levi – Stauss, itu semua terjadi akibat matinya tatanan natural. Turner menyarankan manusia untuk kembali pada agama, karena agama memiliki fungsi kontrol sosial.
Mecintyre (1967) menambahkan, agama selalu merupakan ekspresi kesatuan moral dalam masyarakat. Norma-norma agama membangun kehidupan sosial adalah suatu yang universal dan kosmik, dan merupakan anugerah tuhan.
Semakin tinggi peradaban manusia maka semakin terkikis rasa peduli terhadap sesama. Peradaban sekarang telah berjalan pada upaya penguasaan suatu negara dengan alasan demokrasi untuk menguasai sumber daya alamnya. Apa yang dilakukan Amerika dan sekutnya di Lybia sekarang seolah mempertegas hal itu. Lybia akan menjadi Irak kedua yang peradabannya dihancurkan dengan dalih demokrasi.
Hal ini juga dipengaruhi oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk bumi, yang menyebabkan kebutuhan terhadap pemenuhan hajat hidup juga meningkat. Manusia disibukkan dengan usahanya memenuhi kebutuhan, bahkan dengan merebut milik orang lain secara paksa, kemudian mengenyampingkan kebersamaan untuk perdamaian dunia.
Kembali ke Rousseau, mencermati tingginya pertumbuhan penduduk bumi, jauh-jauh hari ia sudah membaca akibat sosial dari pertumbuhan tersebut. Ia mempertentangkan antara penduduk di Paris dengan Jenewa. Di ibu kota Perancis para warganya dinilai sangat bobrok. Mereka kebingungan kemana harus melampiaskan kebebasan mereka. Satu-satunya jawaban waktu itu adalah ke teater. Hingga teater menjadi bagian dari kebijakan negara. Sebaliknya, di republik kecil seperti Jenewa, warganya masih jujur dan lugu (kala itu). teater malah berdampak buruk pada moralitas publik di sana.
Kota besar menurut Rousseau dipenuhi oleh orang-orang yang bodoh yang tak beragama dan tak berprinsip. Segala sesuatu dinilai berdasarkan penampakannya, karena di sana tak ada lagi waktu untuk menilai sesuatu secara mendalam. Dan manusia terus saja menumpuk di muka bumi ini dengan angka yang semakin hari semakin meningkat. Dan rasa peduli mereka terhadap sesama pun semakin menuruh. Hinga kemudian manusia menjadi “musuh” bagi dirinya sendiri.[]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Penumpukan Manusia"
Post a Comment