Tak
ada syeh seudati yang mampu mengalahkan rekor penonton konser raja dang dut
Rhoma Irama di Aceh, selain duel dua maestro seudati Syeh Lah Geunta dan Syeh
Lah Banguna pada 1980-an di Stadion Kuta Asan, Sigli.
Itu
lah sepenggal kenangan yang masih tersisa di benak masyarakat Aceh tentang Syeh
Lah Geunta. Namanya sejajar dengan pendahulunya
Syeh Nek Rasyid dan Syeh Rih Krueng Raya.
|
Syeh Lah Geunta I Repro Serambi Indonesia |
Hentakan
kaki dan tepukan dada dan gemulai ketip jari Syeh Lah Geunta tidak hanya membahana
di Aceh, tapi menembus batas benua. Pada tahun 1990-an, para penari seudati
ternama di Aceh dikumpulkan dalam satu group, mereka adalah Syeh Lah Geunta, abang
adik Syeh Lah Banguna dan Syeh Rih Muda Meureudu, T Abu Bakar, Syeh Jafar, Syeh
Muktar, Alamsyah, Marzuki dan Nurdin Daud.
Dua nama terakhir merupakan dosen dan koreografer tari seudati di Institut
Kesenian Jakarta (IKJ). Marzuki merupakan pengajar seudati dan kesenian Aceh lainnya di IKJ,
sementara Nurdin Daud, koreografer tarian massal saat Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) Nasional di Aceh tahun 1980.
Dalam kelompok seudati itu Syeh Lah Geunta bertindak sebagai syeh, sementara Syeh Lah Bangunan dan Marzuki bertindak sebagai
aneuk syahi (vokal-red) yang
membawakan syair-syair seudati yang menghentak, yang lainnya bertindak sebagai
penari.
Di Amerika mereka main seudati di sepuluh negara bagian. Mulai dari San
Fransico, Atlanta, Iowa, sampai acara puncak di New York. Di setiap negara
bagian mereka melakukan pertunjukan tiga malam, kecuali pada acara puncak di
New York sepuluh malam.
Setelah pertunjukan usai, penonton tidak berhenti bertepuk tangan, layar yang
sudah diturunkan, dinaikkan kembali sampai tiga kali. Mereka terkesima, melihat
irama rap dalam syair seudati. Mereka geleng geleng kepala, tak habis pikir
ketika ketip jari, tepuk dada dan hentak kaki, jadi irama syair seudati yang
begitu cepat nada dan hentakannya.
Tahun 1992, mereka juga melakukan pertunjukan di Spanyol selama 20 hari pada
acara Expo dunia di Kota Sevilla. Tahun 1994 melakukan pertunjukan di Belanda
selama 22 hari. Pulang dari sana berulang kali melakukan pertunjukan di
negara-negara ASEAN.
Kini
sang maestro itu telah pergi dengan secercah rasa di benak pecinta seudati.
Bagaimana pun Syeh Lah Geunta telah berbuat untuk mengharumkan nama Aceh
melalui seudati. Ia telah menyusul Syeh Lah Banguna dan Syeh Rih Muda Meureudu
yang juga telah pergi sebelumnya. Selamat jalan maestro. [Iskandar Norman]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Syeh Lah Geunta, Perginya Sang Maestro"
Post a Comment