Apa jadinya bila kakak beradik memimpin Aceh? Ini mungkin saja terjadi jika kelak partai berkuasa (Partai Aceh) berhasil memenangkan calonnya pada pemilihan Gubernur Aceh mendatang. Partai Aceh dikabarkan akan mencalonkan Zaini Abdullah berpasangan dengan Aminullah Usman sebagai calon gubernur dan wakil guibernu pada pemiulihan Oktober 2011 mendatang.
Zaini Abdullah merupakan saudara kandung Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) sekarang. Bila nantinya Zaini katakanlah memenangi pemeilihan Gubernur, tentu Aceh akan dipimpin oleh kakak beradik. Hasbi Abdullah di lembaga legislatif dan Zaini Abdullah di eksekutif.
Lagi-lagi jika ini kelak terjadi, maka hubungan eksekutif dan legislatif Aceh tentu akan sangat mesra. Imbasnya, tentu akan sangat berbeda, bisa jadi akan harmonis dalam membawa Aceh ke arah lebih maju, pun sebaliknya, boleh jadi salah satunya akan runut, baik adik terhadap abang maupung abang terhadap adik.
Nah…,bila ini terjadi maka pungle DPRA sebagai lembaga pengawas kinerja eksekutif akan mandeg. Kemendekan yang akan membuat eksekutif bisa bekerja tanpa kontrol dalam menggunakan anggaran publik. Semi monarki akan terjadi di Aceh, meski tidak secara de jure.
Persoalan lainnya, bila benar Partai Aceh akan mengusung Zaini Abdullah dan Aminullah Usman dalam pemilihan gubernur Aceh yang akan datang, bagaimana dengan sikap mantan GAM di daerah. Apakah penetapan Aminullah Usman sebagai wakil Zaini sudah dikompromikan dengan setiap wilayah, atau jangan-jangan hanya centolan beberapa petinggi Partai Aceh semata.
Lagi-lagi bila ini terjadi, maka suara Partai Aceh di daerah akan pecah. Artinnya, Partai Aceh harus siap-siap kehilangan suara, alih-alih memenangkan pemeilihan, mereka akan terpuruk. Diakui atau tidak banyak tokoh diinternal Partai Aceh yang juga bernafsu untuk mencalonkan diri. Bila partai tidak memenuhinya, maka tak ada jalan lain bagi mereka selain menyebrang atau mendukung calon lain, karena mencalonkan diri melalui jalur independen sudah hampir bisa dipastikan tidak bisa lagi.
Atau boleh jadi memunculkan nama Aminullah Usman sebagai wakil Zaini hanya sebagai upaya tes-tesan saja, prakondisi sebelum Partai Aceh menentukan calonnya yang pasti yang didukung oleh berbagai wilayah. Ini merupakan sebuah penjudian yang sedang dilakoni oleh Partai Aceh.
Kita ketahui Aminullah bukanlah seorang politisi, ia hanya seorang bankir. Namanya mencuat ketika menjabats ebagai Direktur Utama (Dirut) Bank Pembangunan Daerah (BPD) Aceh selama dua periode. Selama ini belum pernah putra sekali pun ia terjun dalam dunia politik, meski belakangan setelah lengser dari jabatannya, nama Aminullah disebut-sebut dimasukkan dalam kepengurusan Partai Golongan Karya (Golkar).
Lafi-lagi kita berandai-andai, seandainya benar Zaini akan didampingi Aminullah, bisa jadi Aminullah hanya akan menjadi ban serap kelak. Pengalaman politiknya yang minim—kalau tak boleh dibilang tak ada sama sekali—akan membuatnya kepayahan dalam politik praktis yang dilakoninya.
Namun, ini hanya andai-andai, Partai Aceh sendiri belum mengumumkan secara resmi calon yang akan diusungnya pada pemilihan Gubernur Aceh yang akan datang. Tapi bagaimana pun kita tentu menginginkan agar eksekutif dan legislatif Aceh kelak bisa benar-benar berada pada fungsinya masing-masing. Tidak “bermesra-mesraan” yang pada ujungnya akan membuat fungsi pengawasan anggaran publik terkebiri.[]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Menimbang Calon PA"
Post a Comment