Cucuku Keumalahayati, ketegangan di laut itu juga pernah dialami Aceh di bagian barat selatan, ketika Kuala Batu digempur oleh angkatan laut Amerika. Ya.. Amerika negeri adi daya itu juga pernah berurusan dengan Aceh. Sejak tahun 1789, Aceh sudah menjalin hubungan dagang dengan Amerika Serikat. Kapal-kapal dari Amerika datang untuk memuat lada yang kemudia diangkut ke Amerika Serikat, Eropa dan Cina.
Saat itu, setiap tahun rempat-rempah dari Aceh diangkut oleh maskapai dagang Amerika sekitar 42.000 pikul setara dengan 3.000 ton. Namun Amerika tidak melakukannya di pelabuhan Aceh sebelah Selat Malaka, mereka melakukan kontak dagang di Pelabuhan Kuala Batu Susoh di sebelah barat selatan Aceh.
Tapi lama kelamaan, karena harga lada di pasar internasional merosot, jumlah kapal Amerika yang datang ke pelabuhan Aceh mulai menurun. Di antara kapal yang datang dalam masa kemerosotan ekonomi itu adalah kapal Friendship milik Silsbee, Pickman, dan Stone di bawah pimpinan nakhoda Charles Moore Endicot, seorang mualim yang sering membawa kapalnya ke Aceh.
Pada 7 Februari 1831 kapal tersebut berlabuh di pelabuhan Kuala Batu, Aceh Selatan. Ketika Endicot dan anak buahnya berada di daratan, tiba-tiba kapal tersebut dibajak oleh sekelompok penduduk Kuala Batu. Akan tetapi, dapat dirampas kembali oleh kapal-kapal Amerika yang kebetulan saat itu berada di perairan Kuala dengan kerugian sebesar US $ 50.000 dan tiga anak buahnya terbunuh.
Cucuku, peristiwa itu kemudian menimbulkan sejumlah tanda tanya. Pasalnya, selama setengah abat menjalin hubungan dagang belum pernah terjadi perompakan seperti itu. Pirasat poltik bangsa Aceh menilai ada beberapa hal yang ganjil dari peristiwa itu. pertama, bangsa kita sudah pandai dan tak mau ditipu oleh pihak Amerika. Ya…cucuku, Amerika mencoba mengelabui timbangan dalam perdagangan lada.
Hal itu diketahui suatu ketika berat lada yang dibeli dari Aceh 3.986 pikul tapi ketika dijual kembali oleh Amerika beratnya menjadi 4.583 pikul. Hal itu dilakukan melalui pemalsuan takaran timbangan. Mereka melakukannya melalui sebuah sekrup yang dapat dibuka di dasar timbangan yang berbohot 56 lbs., diisi 10 atau 15 pon timah sehingga dalam satu pikul lada orang Aceh dikecoh sebanyak 30 kati. Begitu liciknya Amerika itu cucuku.
Namun itu satu sebeb, tapi ada sebab lain yang ingin kuungkapkan padamu cucuku, supaya nanti ketika kakek sudah tak lagi mampu menceritakaannya, kakek bisa tenang karena sudah menyampaikannya padamu, untuk kemudian kamu sampaikan lagi kepada generasi kita agar mereka tak lupa pada sejarah pahit bangsanya.
Cucuku, perompakan kapal Amerika itu terjadi juga akibat provokasi Belanda. Mereka iri pada Amerika yang telah berhasil menguasai perdagangan lada di pantai barat – selatan Aceh, sementara Belanda di Selat Malaka tidak pernah mampu masuk ke Aceh secara penuh untuk tujuan dagang dan penjajahannya. Politik Belanda itu kotor, mereka ingin merusak nama baik kerajaan Aceh di mata dunia dengan tuduhan bajak laut, mereka ingin menyampaikan pada dunia bahwa Aceh tidak lagi mampu melindungi kapal-kapal asing yang berlabuh di perairannya.
Namun kerjaan Aceh membantah hal itu kepada para pedagang asing dan dunia internasional dengan memberi penjelasan bahwa perompakan itu ditunggangi Belanda. Belanda sengaja mempersenjatai sebuah kapal Aceh yang dirampasnya. Kapal itu dinahkodai oleh seorang suruhan Belanda yang bernama Lahuda Langkap.
Saat merompak kapal Friendship milik Amerika di Kuala Batu pada 7 Februari 1831, Lahuda Langkap dan anak buahnya yang dibayar Belanda dalam perampokan itu menggunakan bendera Kerajaan Aceh. Itulah Lahuda Langkap, orang Aceh pertama yang menjadi boneka Belanda di Aceh.
Cucuku, peristiwa itu kemudian tersiar luas di Amerika Serikat. Dan menjadi semakin jelas ketika kapal tersebut tiba kembali di pelabuhan Salem pada tanggal 16 Juli 1831. Senator Nathanian Silsbee, salah seorang pemilik kapal Friendship dan Partai Whip (Partai Republiken) yang beroposisi terhadap pemerintahan Presiden Jackson, sekaligus seorang politikus yang sangat berpengaruh pada masa itu, langsung menyurati Presiden Jackson pada tanggal 20 Juli 1831.
Silsbee meminta agar Pemerintah Amerika menuntut ganti rugi atas pelanggaran yang dilakukan oleh penduduk Kuala Batu terhadap kapal Friendship. Ia juga menyampaikan petisi yang ditandatangani oleh seluruh pedagang Salem kepada Pemerintah Amerika Serikat. Isinya, meminta agar dikirimkan kapal perang ke perairan Aceh untuk menuntut ganti rugi dan penguasa yang bertanggung jawab atas Kota Pelabuhan Kuala Batu.
Selain itu cucuku, pemilik kapal Friendship yang lain, Robert Stones, bersarna dengan Andrew Dunlop dan salah seorang sahabatnya yang dekat dengan Presiden Jackson, meminta kepada Menteri Angkatan Laut, Levy Woodbury, agar mendesak Presiden Jackson mengirim kapal perang ke Kuala Batu. Silsbee sendiri secara pribadi menulis surat kepada Woodbury, menggambarkan betapa besar keresahan yang ditimbulkan oleh peristiwa Kuala Batu di kalangan pedagang-pedagang Salem.
Pemerintah Amerika sebelum menerima imbauan dari Senator Silsbee telah memutuskan akan mengambil tindakan terhadap pelanggaran atas kapal Friendship di Kuala Baru itu. Setelah membaca peristiwa itu dalam surat-surat kabar, Woodbury segera memerintahkan agar disiapkan segala keperluan untuk menuntut ganti rugi atas pelanggaran tersebut. Inilah petaka bagi Aceh cucuku, dari ulah provokasi Belanda, Amerika akan datang ke Aceh dengan kapal perannya untuk menuntut balas.
Sebelum menerima surat dar Silsbee, Woodbury telah mengadakan konsultasi dengan Presiden Jackson pada tanggal 21 Juli 1831. Tujuannya, mendapatkan persetujuan Presiden atas surat yang akan dikirim kepada Silsbee. Isi surat ini meminta informasi mengenai peristiwa Kuala Batu. Selain itu, juga dalam rangka memberi tahu Presiden bahwa dia sedang mempersiapkan eskader Pasifik untuk melaksanakan suatu tugas di Sumatra.
Ketika Presiden Jackson menerima imbauan Silsbee, tanpa ragu-ragu segera mendukung dengan membubuhi disposisi singkat dalam surat tersebut, isinya, meminta agar kasus Kuala Batu menjadi perhatian, serta kalau diangap perlu pemerintah Amerika melalui Menteri Angkatan Laut harus mengeluarkan surat perintah kepada Kapten kapal Potomac.
Aceh benar-benar akan digempur oleh Amerika cucuku. Tahukah kamu bahwa Potomac itu merupakan kapal perang terbaik dalam armada Amerika Serikat waktu itu. Ketika kasus Kuala Batu jadi pembicaraan di Amerika, kapal tersebut sedang dalam persiapan membawa Menteri Luar Negeri Amerika Van Buren ke Inggris. Akan tetapi atas perintah Presiden Jackson kapal itu dialihtugaskan untuk berangkat ke Aceh.
Pada tanggal 9 Agustus 1831, Komodor John Downes, selaku kapten Potomac diberi instruksi yang lengkap mengenai segala tindakan yang harus dilakukan sesampainya di Kuala Batu. Pertama-tama dia harus mencari informasi lebih dahulu mengenai insiden di Kuala Batu. Apabila informasi yang diperoleh sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh kapten kapal Friendship di Washington maka dia harus menuntut ganti rugi atas kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang Aceh terhadap kapal Friendship. Kalau tuntutan itu tidak dipenuhi, dia harus menangkap pelaku-pelaku kejahatan tersebut dan membawa mereka ke Amerika Serikat untuk diadili sebagai bajak laut.
Perintah lainnya, benteng-benteng di Kuala Batu harus dimusnahkan. Sebaliknya, bila informasi yang diperoleh di Kuala Batu berbeda dengan keterangan Kapten Kapal Friendship, maka Amerika hanya meminta ganti rugi serta menghukum pelakunya.
Lalu, Pada 29 Agustus 1831, kapal Potomac berangka dari New York ke Aceh dengan membawa 260 marinir. Sebelum sampai di Kuala Batu Komodor John Downes kapten kapal tersebut melakukan penyimpangan terhadap instruksi Menteri Angkatan Laut Amerika yang diterimanya. Ia terpengaruh dengan cerita yang didengarnya dan kapten kapal Friendship, Endicot, dan orang-orang Inggris yang dijumpainya di Tanjung Harapan dalam pelayarannya ke Kuala Batu, yaitu bahwa harapan untuk mendapat ganti rugi dan penguasa Kuala Batu tidak mungkin terpenuhi.
Ia mengirim Letnan Marinir Shubrick untuk mengamati keadaan di darat, tapi penduduk Kuala Batu tidak terkecob oleh penyamaran yang dilakukan Downes. Mereka lalu berkumpul di pantai untuk menghadapi sesuatu kemungkinan. Mendengar laporan yang demikian dan Shubrick, Downes memerintahkan untuk mendarat dengan kekuatan seluruh anak buah Potomac dan mengepung benteng-benteng yang berada di pantai Kuala Batu serta menangkap pemimpin-pemimpinnya.
Cucuku, petaka itu benar-benar terjadi pada subuh 6 Februari 1832, sebanyak 260 orang marinir Amerika di bawah pimpinan Shubrick mendarat di Kuala Batu dan mengepung benteng-benteng yang ada di sana. Namun, karena ada perlawanan maka marinir Amerika membunuh semua yang berada di dalam benteng-benteng, termasuk wanita dan anak-anak serta merampas segala sesuatu yang berharga.
Setelah melakukan pembunuhan itu, marinir Amerika mengundurkan diri dengan dua orang diantara mereka tewas dan sembilan luka-luka. Downes kemudian memerintahkan menembaki kota pelahuhan Kuala Batu melalui meriam-meriam dari kapal Potomac. Seketika itu pula Pelabuhan Kuala Batu menjadi abu. Amerika benar-benar beringas waktu itu cucuku, sementara pihak Aceh yang merasa tidak bersalah atas perompakan yang memicu perang itu, tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi Amerika. Sulthan Aceh benar-benar tak menyangkan Amerika akan datang dengan armada perangnya.
Namun, tak juga semua orang Amerika setuju dengan tindakan penyerangan itu. Apa yang dilakukan Downes itu dikecam oleh sebagian politikus Amerika, di antaranya George Bencroft, yang pada waktu penembakan Kuala Batu berada di atas kapal Potomac. Sebagian harian Amerika yang terbit di Washington, seperti harian dagang yang sangat berpengaruh, Nile’s Weekly Register juga mengecam tindakan tersebut.
Kakek sudah meminta sahabat kakek di Amerika untuk mencari klipingan koran itu sebagai bukti sejarah cucuku, namun sampai setahun lebih kakek belum mendapatkan jawabannya. Mungkin jika kamu Keumalahayati cucuku punya jaringan ke sana, kamu bisa meminta bantu untuk mencarinya di pusat arsip Amerika. Ini penting cucuku, karena tak banyak yang tahu dengan sejarah serangan Amerika ke Kuala Batu itu, kita harus mengungkapnya demi generasi Aceh kelak.
Cucuku, pada tanggal 23 Juli 1832 seorang anggota DPR Amerika, Henry AS Dearborn dari Partai Republik Massachusetts yang beroposisi, mengajukan sebuah mosi yang meminta agar Presiden Jackson menyampaikan kepada kongres mengenai Instruksi Downes untuk menggempur Kuala Batu, dan laporan tentang peristiwa tersebut. Mosi ini diterima oleh sidang. Pada hari itu juga, Presiden Jackson memenuhi permintaan kongres, tetapi minta agar hal tersebut jangan dipublikasikan sebelum laporan lebih lanjut diterima.
Dalam sidang Sabtu malam, tanggal 24 Juli 1832, permintaan Presiden itu diperdebatkan. Anggota Dearborn berpendapat bahwa hal tersebut harus dipublikasikan karena bila menutup-nutupi peristiwa tersebut, Downes akan mendapatkan sorotan jelek dari khalayak ramai. Sebaliknya, Ketua Komisi Urusan Angkatan Laut, Michael Hoffman dan Partai Dernokrat New York, menentang pendapat Dearborn dengan suatu amandemen bahwa peristiwa tersebut dapat dipublikasikan, tetapi harus menunggu laporan lebih lanjut.
Tapi kemudian cucuku, dalam amanat tahunannya, Presiden Jackson tidak menyinggung sama sekali peristiwa penggempuran Kuala Batu oleh Potomac yang dipimpin Downes. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa pembakaran Kuala Batu dan pernbantaian penduduknya oleh marinir Amerika telah dipeti-eskan. Namun kita sebagai Bangsa Aceh harus mengungkitnya, agar peristiwa tragis itu dikenang oleh generasi Aceh kelak.
Jadi cucuku Keumalahayati, kakek ingin kamu berusaha mendapatkan dokumen lama dari surat kabar Amerika yang memberitakan tentang peristiwa itu yang telah membuat kehebohan di parlemen Amerika. Mungkin kelak dengan apa yang kita ungkapkan hari ini, generasi Aceh masa yang akan datang bisa meminta pertanggungjawaban Amerika Serikat atas peristiwa di Kuala Batu itu.
Belum ada tanggapan untuk "Ketegangan di Selat Malaka (5)"
Post a Comment