Untuk mengendus keluarga Tgk Chik Di Tiro, Belanda mengutus Kapten H J Schidt, seorang opsir yang mahir berbahasa Aceh. Ia memimpin rencana pembunuhan keluarga Tgk Chik Di Tiro.
Berbagai usaha dilakukan Belanda untuk membunuh keluarga Tgk Chik Di Tiro. Selain lewat perang juga melalui imbalan 1.000 dolar bagi siapa saja yang dapat menawan Tgk Chik Di Tiro hidup atau mati. Peranglah yang kemudian membuat para keluarga Tiro tersebut tewas.
H C Zantgraaff dalam buku Atjeh menulis. Pada Januari 1891, ketika Tgk Chik Di Tiro merasakan akhir hayatnya sudah dekat. Ia memanggil putra tertuanya Mat Amin. Kepadanya diberikan ansehat yang tegas untuk melanjutkan perang melawan Belanda. “Secara jujur harus dicatat mereka tewas sebagai pahlawan,” aku Zentgraaff.
Setelah Tgk Chik Di Tiro tewas pada2 5 Januari 1891. Tgk Mat Amin melanjutkan perjuangan. Ia memimpin pertahanan di Aneuk Galoeng, yang ditinggalkan Teuku Umar yang menlankan politik tipu Aceh dengan pura-pura menyerah pada Belanda tahun 1896.
Belanda yang berulang kali menyerang benteng Aneuk Galoeng tidak berhasil merebutnya. “Benar-benar suatu masa yang gila. Setelah masa kesimpang siuaran yang besar itu, di mana kita kadang-kadang harus bertempur mati-matian, untuk merebut kembali apa yang kita lepaskan dengan suka rela,” tulis Zentgraaff.
Tgk Mat Amin bersama Tgk Di Buket dan ratusan pasukannya mempertahankan benteng tersebut. Belanda kemudian membentuk korps marechaussee sebagai korp tentara pilihan untuk memerangi Aceh.
Pada tahun 1896, dibawah komando Graaflannd, benteng Aneuk Galoeng dikepung. Kapten Van Daalen sebagai kepala staff ikut dalam perang tersebut. “Orang Aceh bertarung bagai singa, mereka memilih roboh dalam nyala api yang membakar benteng dari pada menyerah ke pihak kita,” lanjut Zentgraaff.
Tgk Mat Amin tewas dalam pertempuran tersebut. Mayatnya dilarikan oleh pejuang Aceh ke Meureu, Indrapuri dan dikuburkan didekat makam ayahnya, Tgk Chik Di Tiro. Sementara putra Tgk Chik Di Tiro lainnya, Tgk Lambada tewas oleh darling di dekat Alue Keune.
Pengikut dan keluarga Tgk Chik Di Tiro lainnya yang diburu oleh Belanda waktu itu adalah: Tgk Teupin Wan, Tgk Hasyim, Tgk Geudong, Tgk Raja Nanta, Tgk Di Buket, Tgk Mayed, dan beberapa panglima perang lainnya. “Mereka adalah para penglima perang di belantara ulama-ilama Tiro yang memiliki pasukan yang terlatih dengan baik,” tulis Zentgraaff. [iskandar norman]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Mengendus Keluarga Tiro"
Post a Comment