Kuatir membunuh lebih banyak orang tinimbang kecelakaan kerja, kata Rober Frost. Alasannya, lebih banyak orang yang penuh kuatir dari pada bekerja penuh. Dampaknya, kuatir sering mengantar orang pada kegagalan.
Kalwarendra seorang ahli akrobat, mengadakat pertunjukan yang sangat berbahaya dan itu diliput oleh banyak media. Saat berjalan di seutas tali di ketinggian, ia jatuh, kepalanya pecah, hancur, ia meninggal.
Ternyata, penyebab kegagalan itu dipicu oleh kuatir yang dialaminya. Dari pengakuan istrinya usai pemakaman terungkap, dua bulan sebelum pertunjukan, Kalwarendra terbangun tengah malam karena takut yang luar biasa akan kegagalan. Akhirnya itu pun terjadi.
Kuatir sangat dekat dengan ketakutan lalu lahirlah kegagalan. Cerita lainnya, seekor tikus dimasukkan dalam kandang kawat. Setiap hari ditakut-takuti oleh kucing, padahal kucing tidak bisa menjamahnya. Tikus itu meninggal meski disediakan banyak makanan oleh tuannya.
Masalah memang sering mendera, itu pasti. Bekerja tanpa masalah juga mustahil. Tapi bagaimana melihat masalah itu sebagai energi positif untuk menghilangkan kuatir.
Bukanlah masalah yang menganggu kerja kita, tapi cara kita memandang masalah itu. dalam Epictetus Compassion is the basic of all morality, Arthur Schopenhauer mengatakan, semua itu tergantung pada cara kita memandangnya.
Bila kuatir menjadi cara pandang maka, gagallah akibatnya. Namun, bila masalah dianggap cambuk, maka bekerjalah dengan masalah itu tanpa mempermasalahkannya.
Ketika kita merangkat dari nol ke satu lalu ke dua, tak perlu kuatir angka selanjutnya, karena pada deretan angka di depannya kita akan melangkah, lalu lari menambah deretan angka-angka.
Jadi ketika melaksanakan suatu pekerjaan, tak perlu kuatir akan hasilnya, tapi kuatirlah bila tak melaksanakannya. Jangan buang hari ini dengan mengkuatirkan hari esok.***
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kuatir"
Post a Comment