Intensitas kriminal kembali meningkat di Aceh. Pelakunya juga tak segan menggunakan senjata. Bila ini tidak diatasi, akan jadi ancaman bagi langgengnya perdamaian. Pelaku kriminal bersenjata ini bila tidak diatasi akan menjadi perusak damai (spoiler).
Di Krueng Geukueh, kabupaten Aceh Utara, Kemarin dua warga mengalami luka akibat lemparan granat manggis. Di tempat lain di Aceh Utara aparat kepolisian kembali menemukan bom rakitan seberat 3 kilogram yang sudah tak aktif lagi.
Sementara di Sigli, Kabupaten Pidie polisi menyebarkan penembak jitu (sniper) untuk memburu penembak Nurmiyati Burhan, seorang pedagang keliling. Adalah tanggung jawab pemerintah untuk menciptakan kedamaian yang benar-benar damai di Aceh. Apalagi pemerintah sedang “merayu” investor untuk menanamkan modalnya di Aceh.
Merayu dalam suasana tidak aman tentu akan susah. Ketidak-amanan bukan hanya membuat investor ogah masuk, tapi pengusaha yang ada di Aceh sendiri juga akan membawa modalnya ke luar untuk berinvestasi di daerah lain. Bila ini terjadi maka suatu kerugian yang amat besar bagi daerah ini.
Dampak ganda lainnya, para intelektual juga akan lari ke luar untuk mencari keselamatan. Mengutip apa yang pernah dikatakan Eep Saefulloh Fatah, sebuah negara bisa ditinggalkan oleh banyak warga negaranya karena gagal menyediakan kebebasan, harapan dan kesempatan kepada mereka.
Hal ini pernah terjadi di Myanmar pada tahun 1960-an, ketika junta militer di bawah kepemimpinan Ne Win, merenggut kebebasan, kesempatan dan harapan bagi warga negara itu, yang saat itu masih bernama Burma. Akibatnya, para intelektual dan kaum terpelajar meninggalkan negeri tersebut.
Kembali ke Aceh, apakah maraknya aksi kriminal ini petanda itu akan terjadi? Semoga saja tidak, karena damai jauh lebih berharga. Dan kita sudah terlalu lelah dalam nestapa.***
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Spoiler"
Post a Comment