Dengan Bismillah kami mulai kata. Meski masih bayi, ada teriak yang ingin menjelma suara lantang, mengabari inilah identitas kami. Berkata untuk membangun tonggak sejarah diri sendiri.
Ya, dari kata sejarah bermula. Dengan kata zaman pra sejarah mencapai ending. Karenanya, kami ingin membangun sejarah masa depan dan melupakan masa lalu, meski masa lalu merupakan sejarah itu sendiri.
Dalam ranah media, kata tidak hanya sekedar kabar, tapi dokumentasi, yang punya nilai lebih jika kita menulis hari esok. Setidaknya begitulah yang pernah diungkapkan sarjana terkenal Perancis-Honggaria, Timbor Mende dalam bukunya “A Glancle at Tomorrow’s History”.
Kata punya hak untuk hidup dan mengembangkan suatu pemikiran. Maka dengan kata kami berpikir menuju perubahan. Dan sejarah pun akan merekam. Presiden pertama American Historical Asociation; Andrew Dicson White, pada tahun 1884, menekan kegunaan langsung dari sejarah. Di sini sekali lagi, kami ingin menulis sejarah diri sendiri.
Kata dan sejarah, dua hal tempat bercermin, belajar untuk bersikap, lalu mengambil keputusan. Ini pernah ditekankan oleh Sheik Abbas Ibnu Muhammad, yang lebih dikenal sebagai Teungku Kuta Karang, ulama besar Aceh, dalam kitabnya Maw’idhat Al-Ikwan.
Awal kata membuahi pertanyaan, kemudian melahirkan sejarah dalam dokumentasi kata itu sendiri. Karena itu pula, kata dan pertanyaan selalu hidup dalam ide, gagasan, dan pemikiran untuk merangkai sejarah tersebut. Baik sejarah masa lalu, sejarah kini, dan yang lebih penting bagaimana kita menulis sejarah masa depan.
Untuk itu, kata dan pertanyaan harus selalu hidup. Gerhasd Fors, seorang penyair ternama, menyorot tentang itu. Ia menulis. “Jangan pernah membunuh pertanyaan, ia adalah benda yang rapuh. Pertanyaan yang baik pantas untuk hidup. Kapan pun ada pertanyaan, biarkan ia hidup.”
Untuk menulis sejarah masa depan, Publikis Syirs, seorang pemikir barat mengatakan, seseorang untuk tidak menggantungkan diri pada keberuntungan, melainkan pada tindakan. Tindakan yang dilakukan hari ini merupakan bagian dari menulis sejarah diri sendiri untuk masa depan. Maka kami berteriak dan bertindak untuk dan atas identitas kami sendiri.
Banyak kata telah menjelma jadi teriakan keras di ruang ini. Semoga bukan padang tandus nan gersang.***
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kata1"
Post a Comment