Ureuéng Aceh Rimuéng Teungoh Èh

Masyarakat Aceh bisa berubah secara sporadis dalam kasus-kasus tertentu. Mereka yang awalnya apatis bisa secara tiba-tiba menjadi sangat loyalis. Apatisme ini tercermin dalam hadih maja jak ban ubè lot tapak, duèk ubè lot punggông, ngui ban laku tuboh, pajoh ban laku atra. Ini lebih pada cerminan urusan pribadi, tak ingin mengganggu atau bersinggungan dengan urusan orang lain.

Tapi, semua itu akan berubah, jika terjadi sebuah gesekan atas nama kebersamaan. Biasanya untuk membuat perubahan yang sporadis itu, hanya dibutuhkan rasa bersama. Lebih radikal lagi, adanya musuh bersama.

Aceh yang satu adalah Aceh yang memiliki musuh bersama. Ketika itu ada maka Aceh akan menjadi sebuah totalitas gerakan. Ureuéng Aceh rimuéng teungoh èh, bansa nyang arèh punoh agama, meunyoe han èk geusaba lè, geutèm meumatè geubila bansa. Kalau sudah pada tingkat ini, maka masyarakat Aceh akan menuju revolusi, atau setidaknya setingkat di bawahnya. Jakarta pernah merasakan bagaimana harimau itu bangkit dari tidurnya.

Tabiat perubahan yang sporadis itu tak lekang dari sikap orang Aceh yang tidak tanggung-tanggung dalam bertindak. Tak boleh ada tindakan yang setengah-setengah. Hadih maja ini menjadi cerminan sikap itu grôp beu patah, manoë beu basah atau dalam hadih maja lainnya crah bèk, bukah jeut, daripada retak biar pecah sekalian.[]

Tweet

Jangan sampai ketinggalan postingan-postingan terbaik dari Iskandar Norman. Berlangganan melalui email sekarang juga:

Atau sobat juga bisa follow Iskandar Norman dengan mengklik tombol di bawah ini:

Artikel keren lainnya:

Ditulis oleh Iskandar Norman pada tanggal Tuesday, February 11, 2014