Hidup tidak normal tanpa masalah. Tapi jangan menjadi masalah kalau tak mampu menyelesaikan masalah. Aku ingin tamsilkan masalah itu sebagai air mendidih. Dan kita menatapnya bersama dalam sebuah ruang.
Aku memilih ruang tertutup agar asap dan uapnya bisa berubah jadi sauna, agar tubuh segar. Yang lain terserah ingin melihatnya sebagai apa. Namun di sudut ruang aku melihat, tubuh-tubuh yang ingin jadi telur.
Sebelum masuk ke ruang yang ingin kujadikan tenpat sauna itu, ia begitu lembut, selembut putih telur nan berprotein. Namun di ruang sauna itu, ia terendam, cakangnya pecah, putihnya mengeras. Berubahlah kelembutannya jadi bengis. Ia kalah dengan masalahnya.
Kawan yang lain, ketika mengetahui air di ruang sauna teramat panas, ia masuk dengan jiwa yang keras. Aku melihatnya sebagai kentang. Dengan gaya kerasnya ia ingin menaklukkan masalah itu, tapi ia juga kalah. Air yang mendidih membuat kentang yang kutamsil sebagai tubuhnya lembek. Ia juga tak mampu mengalahkan masalah dalam wujud air panas itu.
Lalu seorang kawan lama masuk sambil tersenyum. Aku tak mau ia menjadi telur apa lagi kentang. Karena kekerasan dan kelembutan tak akan mampu mengalahkan air yang mendidih.
Aku mengharap ia jadi bubuk. Ya aku ingin melihat dia menaklukan air panas tempat aku bersauna itu berubah. Sebesar apa pun masalah dalam wujud air mendidih, warnanya akan berubah ketika dicampur bubuk. Ya..bubuk akan menaklukkan air berubah warna. Saat itulah masalah akan lenyap.
Lalu bersama sama aku mengajak semua kita untuk menambahkan gula. Masing-masing segenggam gula, sedikit susu, agar kita bisa menyerumput kopi, teh, kopi susu, atau apa pun dari wujud air panas itu.
Aku ingin menikmati kebersaman di bilik sauna itu, kita bisa saling berbagi candu dari kafeinnya. Karena kutahu kita semua adalah pecandu kopi, meski itu di ruang sauna bernama masalah.***
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Sauna"
Post a Comment