Hidup membutuhkan banyak hal. Semakin banyak kebutuhan, semakin banyak pula yang dipikirkan. Imbasnya, resiko juga menumpuk. Ujung-ujungnya masalah muncul. Kebijaksanaan dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Bijaksana untuk tidak mempersoalkan bagaimana masalah itu terjadi, tapi memikirkan bagaimana masalah tersebut diselesaikan.
Michel De Montaigne mengatakan, kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain. Ujian bagi seorang yang sukses bukanlah pada kemampuannya mencegah munculnya masalah, tapi pada waktu menghadapi dan menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah itu terjadi. Setidaknya begitu kata David J Schwartz.
Hidup tanpa masalah merupakan sesuatu yang tidak normal. Perkataan merupakan bagian dari jaringan mata rantai masalah. Lebih baik salah untuk menemukan benar, dari pada tidak salah tapi juga tidak benar. Meminjam kata George Bernad Shaw, suatu kehidupan yang penuh kesalahan tak hanya lebih berharga, namun juga lebih berguna dibandingkan hidup tanpa melakukan apapun.
Kata orang bijak, mulutmu adalah harimaumu. Eric Berne kemudian menegaskan hal itu, dengan bijaksan ia berkata, seorang pecundang tidak tahu apa yang akan dilakukannya bila kalah, tapi sesumbar apa yang akan dilakukannya bila menang. Sedangkan pemenang tidak berbicara apa yang akan dilakukannya bila ia menang, tapi tahu apa yang akan dilakukannya bila kalah.
Karena itu, Mark Twain menganjurkan, lebih baik menjaga mulut tetap tertutup dan membiarkan orang lain mengangapnya bodoh, dari pada membuka mulut untuk menegaskan anggapan mereka.
Orang sukses akan selalu memberi contoh dengan perbuatan, bukan omongan. Jurnalisme omongan sudah saatnya ditinggalkan. Kita harus bijaksana untuk mau melakukan jurnalisme ferivikasi, agar hak-hak keberimbangan terpenuhi.
Tentu semua kita sudah mengerti tentang itu, tapi mengerti saja tidak cukup. Mengerti hanya syarat minimal. Kebanyakan dari kita yakin bisa membuat orang lain bahagia dengan cara yang kita tentukan. Padahal itu belum tentu sesuai. Setidaknya begitu kata Robert S Lynd.
Menutup tem ini saya kutip kata Albert Clarke. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat bahwa bukan kebahagiaan yang membuat kita berterimakasih, namun rasa terima kasihlah yang membuat kita berbahagia. [*]
Artikel keren lainnya:
2 Tanggapan untuk "Bijaksana"
hidup penuh dengan masalah bukan hidup namanya jika kita tidak punya masalah sedang mati saja kita akan punya masalah dengan malaikat:):) tapi bagai mana kita bisa mengelola masalah dalam hidup agar tetap enjoy dan bisa mensyukuri dan menikmati hidup sebagai anugrah Allah yang paling besar........... sekian dulu peh tem nya ya......
Memang bg, masalah dalam hidup tak ada habisnya. Namun setiap masalah tetap ada jalan keluar. di toh ik sidom lam mata pih jet keumasalah. hahhaa..
Post a Comment