Kesuksesan tidak pernah lahir dari keluhan, maka aku tak mau mengeluh, seperti keluhanmu kemarin kawan. Kamu yang bengis karena romantismemu hilang. Kamu yang harus menghadau dinding ruang kerja dengan bahasa bisu. Padahal kamu mengaku tak sendiri.
Seandainya aku ada di sana, kebisuanmu akan kupecahkan dengan celoteh konyol bin jorok, karena kutahu itu cukup ampuh untuk mengendorkan keteganganmu, tapi aku jauh. Romantisme yang diharapkannya pun hanya bisa berbalas kata. Sambil menulis romantisme ini, kuberharap kamu membaca dengan suara keras, senyaring-nyaringnya, agar bisumu benar-benar bersuara.
Aku tak mau kebisuan menghanyutkanmu, karena aku ingin mengerti bahasa vokalmu. Seorang konsultan psikologi paling jenius sekalipun tidak lebih mengerti tentang pikiran dan keinginan seseorang, selain orang itu sendiri. Maka aku butuh suaramu.
Untuk merajut kembali romentisme di ruang hampa itu, kamu perlu diplomasi kawan. Kata Will dan Ariel Dunant, diplomasi itu dibutuhkan untuk menutupi kenyataan dalam bentuk moralitas. Jadi kamu tidak perlu mengeluh.
Kawan, bila kamu punya dua orang teman, yang pertama selalu berpikiran positif dan yang kedua selalu mengeluh, maka kamu harus menjadi orang yang ketika, bukan larut dalam salah satunya, maka romantisme itu akan lahir kembali.
Orang sering mengeluh karena kecewa terhadap realitas yang tidak sesuai dengan harapan. Untuk mengatasinya sangatlah gampang. Caranya, kamu harus bersyukur apalagi kamu masih bisa menghadau kebisuan tembok, tanpa perlu membenturkan kepala padanya.
Jangan pernah meminta seseorang untuk bersikap romantis di ruang kerja, karena akan membuatmu ketergantungan. Bukankah kamu ingin mandiri? Sesungguhnya seseorang bisa disebut mandiri bukan lantaran ia sudah tidak lagi meminta, tapi lebih karena ia sudah bisa memberi harapan akan kembali diberi.
Menutup rajutan romantisme terhadapmu kawan, aku mengutip kata Michel De Montaigne, katanya kita tidak bisa jadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengatahuan dengan pengetahuan orang lain.
Jadi, pecahkan kebisuan itu kawan agar romantismemu kembali. Dan kita akan kuat dengan banyak informasi. John Naisbitt mengatakan, sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada dalam genggaman tangan beberapa orang, namun informasi di tangan orang banyak. Bersamamu aku ingin menggenggam setiap informasi. Lebih dari itu, mengembalikan romantismemu yang hilang.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Romantisme II"
Post a Comment