Untuk memperoleh damai, pikiran harus disatukan. Pribahasa Hawai mengatakan, sangat baik untuk menyatukan pikiran, sehingga semua manusia memperoleh kedamaian.
Namun penyatuan pikiran yang jamak tak harus selalu yang berarah sama. Kritik juga harus dihidupkan, karena ia bukan bahasa cempreng, tapi penjaga arah agar rambu tetap lurus dan koridor tidak dilanggar. Dimana pun tak ada yang melarang sebuah pujian, maka kritik jangan dimatikan.
Kritik juga buah pikiran, ia bahasa lain dari upaya penyelamatan ketika langkah lengah. Jangan anggap kritik sebagai cemoohan karena kepala yang satu sisinya penuh dengan pikiran tentang pujian perlu distabilkan dengan kritik di sisi lain.
Pikiran yang muncul sebagai kritik berpotensi untuk merubah pertengkaran besar menjadi kecil, dan yang kecil menjadi tiada. Orang Cina dalam pribahasanya mengartikulasikannya sebagai sikap kritis membawa damai.
Sementara itu, orang Meksiko berkata el respeto al derecho ajeno es la paz, menghormati hak-hak orang lain itulah perdamaian, termasuk hak si tukang kritik. Lihatlah kritik tidak sebagai provokasi anti damai. Ini penting agar haluan tidak dibelokkan.
Mencari orang yang melihat kritik sebagai bahasa damai itu jarang. Kebanyakan kita masih melihatnya sebagai kebengisan, hingga siku sering digerakkan. Sebuah pribahasa lama kukutip kembali disini, hak kita untuk menggerakkan siku tangan, tak berlaku saat siku tangan orang di sebelah kita mulai bergerak.
Wang Ci Guang melalui keindahan karya musik Zhan Ci Ciang mengajak untuk melihat semua itu sebagai damai dengan bahasa optimis, bukan utopia. Inilah zaman merdeka ketika kritik tak berwajah ganjal, tapi satu sisi pikiran yang harus dihidupkan, bukan dimatikan. [*]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kritik"
Post a Comment