Di kampung-kampung di Aceh, khususnya Pidie, anak-anak mempunyai permainan tersendiri untuk mengisi waktu luang. Jenis permainan tersebut dibagi berdasarkan, tempat main, waktu main apakah siang atau malam, serta musim permainan itu dimainkan. Umpamanya musim turun ke sawah, musim panen padi, musim hujan, musim kemarau, dan lain sebagainya.
Berbagai permainan itu diantaranya meuén pét, meuén greut, meuén gaséng, meuén galah, meuén cak-ceng, meuén grop taloë, meuén patôk, meuén guli, meuén sipak bruék, meuén pruh karet, meuén meusom-som euncien taloe lam anoë, serta berbagai permainan anak-anak lainnya.
Namun diantara berbagai permianan tersebut, di Kabupaten Pidie, ada satu permainan yang sangat menarik, yang mungkin kini sudah jarang dimainkan oleh anak-anak, yaitu permainan kapai Inggreh. Mungkin permainan ini lahir atau terinspirasi dari kedatangan kapal-kapal Eropa ke Aceh zaman dahulu untuk membeli rempah-rempah.
Permainan ini bisanya dimainkan oleh sekelompok anak-anak, biasanya dimainkan malam hari. Cara permainannya, sebelum main, anak-anak membentuk dua kelompok yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok (nang). Kedua kelompok itu membuat satu titik pertemuan, untuk melakukan tebak-tebakan.
Setelah kelompok dibagi, masing-masing kelompok mencari tempat terpisah untuk meyusun startegi permainan. Antara tempat kelompok satu dengan tempat kelompok satunya lagi terpisah dan tertutup. Agar rahasia kelompok yang satu tidak diketahui oleh kelompok lainnya.
Masing-masing kelompok di tempat persembunyiannya, menutup seluruh tubuh salah seorang anggotanya. Bisanya dengan menggunakan kain. Di bawah kain penutup itu atau di atas tubuh anggota kelompok yang ditutup tadi, di tambah dengan berbagai media penyamaran, bisanya tapéh (ampas kelapa). Hal ini untuk meyamarkan si anggota yang ditutup tadi.
Setelah kedua kelompok menutup salah seorang anggotanya. Anggota yang ditutup tadi akan merangkak dengan arahan ketua kelompok, menuju ke titik pertemuan yang disepakati ke dua kelompok. Sementara anggota kelompok lainnya masih bersembunyi di tempatnya agar tidak ketahuan siapa sebenarnya anggota kelompok yang ditutup itu.
Sampai di tempat pertemuan, kedua ketua kelompok akan melakukan undian, kelompok mana yang harus duluan menebak nama anggota kelompok lawan yang ditutup dengan kain itu. Uniknya, cara tebakannya menggunakan syair, yang disebut dengan syair kapai Inggreh.
Syair itu disampaikan dalam bentuk dialog antara ketua kelompok satu dengan ketua kelompok satunya lagi. Misalnya kelompok A yang harus lebih dulu menebak, ia terlebih dulu akan bertanya kepada ketua kelompok B. “Peu kapai? (kapal apa?)” tanya ketua kelompok A. Ketua kelompok B, sambil memegang angggota kelompoknya yang ditutup itu menjawab “Kapai Inggreh (kapal Inggris).”
Lalu pertanyaan selanjutnya berlanjut ke muatan kapal itu. Kapal yang dimaksud merupakan tamsilan dari tubuh anggota yang ditutup tadi. “Peu pudieng (bawa apa)?,” tanya ketua kelompok A lagi. “Pudieng tapeh (bawa ampas kelapa).” jawab ketua kelompok B. “Di ateueh nyan (selain itu)?” tanyanya lagi. “Cawan pingan (barang pecah belah).”
Pertanyaan terus berlanjut “Di likotnya (di belakang itu)?” ketua kelompok B kembali bertanya. “Manok puteh (ayam putih)” jawab ketua kelompok A. Ayam putih yang disebut itu merupakan anggota kelompok yang disembunyikan dibalik kain tadi.
Lalu tibalah pada saatnya untuk menebak. “Kuuek sigo (berkokoklah sekali)” pinta ketua kelompok B. Lalu si anggota kelompok A yang disembunyikan dibalik kain itu, akan berkokok menirukan suara ayam. Tapi ia berusaha kuat agar suaranya tidak dikenal oleh ketua kelompok B tadi. “Kuuku uek (kukuruyuk)” jawab angota kelompok A yang ditutup tersebut.
Ketua kelompok pun mendengar tiruan suara ayam itu dengan cermat, untuk kemudian menebak siapa nama anggota kelompok A yang berkokok dibawah kain itu. Bila tebakannya benar maka ia menang.
Setelah tebakan itu berakhir, giliran ketua kelompok A yang menebak siapa yang disembunyikan dibalik kain oleh ketua kelompok B. cara tebaknya pun sama seperti ketika ketua kelompok B menebak anggota kelompok A, yakni dengan syair dan pertanyaan seperti di atas. Bila tebakannya juga benar, maka skornya satu sama.
Begitulah permainan itu dimainkan berulang-ulang dengan anggota yang disembunyikan dibalik kain yang ditukar-tukar atau digilir dari satu anggota ke anggota lainnya. Pemenang permainan ini didasarkan pada banyaknya tebakan yang benar. Kelompok yang bisa menebak anggota kelompok lain di balik kain akan keluar sebagai pemenang.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kapai Inggréh Permainan Anak Aceh"
Post a Comment