Aceh sedang demam emas. Setelah ekplorasi di Gunong Ujeun, Krueng Sabe Aceh Jaya. Kini dihebohkan lagi dengan temuan kandungan emas dan biji besi di Pidie Jaya. Busang di Kalimantan Timur dan Wyoming di Amerika Serikat sudah pernah tertipu dengan hal semacam ini.
Untuk membuktikan kandungan biji besi dan emas di pegunungan Pidie Jaya, empat orang tim ahli dilaporkan sudah beberapa hari berada di sana untuk meninjau lokasi-lokasi yang diyakini menyimpan kandungan emas dan biji besi. Diantaranya di Kecamatan Bandar Baru, Ulim, Meurah Dua, Trienggadeng, dan Kecamatan Bandar Dua.
Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan tim ahli dari PT Hoffmen Internasional diyakini lokasi-lokasi tersebut memiliki kandungan emas dan biji besi yang potensial untuk diekporasi. Siapa yang bisa menjamin itu benar?
Pemerintah terutama Pidie Jaya harus bersikap skeptis terhadap temuan itu, tidak gegabah mengamininya. Syukur kalau temuan itu benar, kalau tidak tentu hanya akan menguntungkan pihak tertentu saja. Pengalaman di beberapa daerah telah membuktikan hal itu. Berita temuan emas dan permata hanya dijadikan sebagai upaya untuk menaikkan nilai saham perusahaan ekplorasi di bursa saham internasional, atau untuk tujuan kapitalis negara-negara tertentu.
Dalam tulisan singkat ini, saya mencoba untuk menghadirkan dua contoh kasus yang sangat mencengangkan tentang ekplorasi emas dan permata, satu di Busang, Kalimantan Timur pada 1997 silam. Satu lagi kasus ekplorasi permata di Wyoming Amerika Serikat pada 1872 yang ternyata hanya tipuan belaka.
Untuk kasus di Busang saya ambil dari buku “Menyingkap Fakta” Dhandy Dwi Laksono yang mengutipnya dari buku “Bre-X Sebongkah Emas di Kaki Pelangi” yang ditulis oleh Bondan Winarno. Sementara untuk kasus di Wyoming Amerika Serikat saya sadur dari The 48 Law of Power yang ditulis Robert Greene, penulis buku The Art of Seduction.
Pada 1990-an, Michael de Guzman dari perusahaan tambang Bre-X asal Kanada mengklaim menemukan 40 juta on emas di Busang, Kalimantan Timur. Harga kandungan emas itu diperkirakan mencapai 25 miliar dolar Amerika. Temuan itu membuat saham Bre-X di bursa internasional naik pesat. Manajemen Bre-X termasuk Guzman kaya mendadak. Sementara wujud emas itu sendiri di Busang belum jelas.
Pemerintah Indonesia dibawah rezim Soeharto pun ikut-ikutan latah membesar-besarkan temuan Guzman tersebut. Kerja sama pun digelar. Bre-X menggandeng Freeport yang berpengalaman dalam ekplorasi emas di Papua sebagai rekanan. Sementara untuk mitra lokal diajak PT Nusamba milik Bob Hasan.
Kenyataannya, ketika Freeport melakukan pengujian di lokasi dan laboratorium, ternyata kandungan emas di Busang tak seheboh yang diklaim Bre-X. Guzman sendiri dikabarkan bunuh diri dengan terjun dari helikopter di pedalaman hutan Kalimantan pada 19 Maret 1997. Meski sejumlah pihak meyakini yang tewas itu bukan Guzman.
Bondan Winanrno yang melakukan investigasi hingga ke tempat pemakaman Guzman pada 19 Maret 1997 di pemakaman Holy Crozs Memorial Park, yakin bahwa yang dimakamkan itu bukan Guzman. Guzman diyakini lari ke luar negeri dengan uang yang diperolehnya dari laba kenaikan saham Bre-X.
Kasus lainnya pernah terjadi di Amerika Serikat pada 1872. Seorang ahli keuangan dari negeri adi daya itu, Asbury Harpending ketika berkunjung ke London menerima sebuah telegram yang berisi informasi bahwa sebuah tambang berlian ditemukan di bagian barat Amerika. Telegram itu dikirim pemilik Bank California, William Ralston.
Harpending kemudian menunjukkan telegram itu kepada ahli keungan Baron Rothschild, salah seorang pria terkaya di dunia waktu itu. Tambang berlian itu ditemukan oleh Philip Arnold dan John Slack dua pemuda pencari emas di Wyoming, Amerika Barat. Untuk meyakinkan temuannya itu mereka membawa seorang ahli tambang dari San Fransisco ke tempat itu. Setelah kembali ke San Fransisco ahli tambang itu membawa batu-batu mulia yang ditemukannya ke beberapa toko permata.
Tergiur dengan temuan tambang permata itu, Harpending dan Ralston meminta dua pemuda penemu tambang itu menjumpainya di New York. Mereka dibawa ke toko permata milik Charles Tipany untuk memperkirakan harga permata yang ditemukan itu. Setelah mengetahui permata itu asli, Arnold dan Slack diberikan uang 300.000 dolar Amerika. Perjanjian tentang ekplorasi tambang permata itu pun dibicarakan.
Pertemuan lanjutan digelar di Mansion Samuel L Barlow bersama para bangsawan yang akan ikut menanam saham di tambang permata itu. Hadir dalam pertemuan tersebut Jendral George Brinton McClellan, Komandan Pasukan Union Jendral Benjamin Butler, editor surat kabar New York Tribune Horace Greeley. Sementara Arnold dan Slack tidak ikut dalam pertemuan itu.
Ketika mengetahui permata yang ditemua dua pemuda itu asli dengan harga tinggi, maka para bangsawan di Amerika ikut menanam saham dalam perusahaan pertambangan permata yang akan dibuka. Namun sebelum tambang dibuka, mereka meminta seorang ahli tambang untuk mengecek kembali dan melakukan pengujian langsung di tambang. Arnol dan Slack selaku penemu mengiyakannya.
Louis Janin, pakar tambang terbaik di Amerika bertemu dengan dua pemuda itu untuk memastikan bahwa tambang itu bukan tambang palsu. Sampai di sana Janin melakukan penggalian selama delapan hari. Ia menemukan banyak batu permata di lokasi tambang. Ia juga menemukan batu merah delima, batu safir dan berlian. Janin kemudian memberitahu investor bahwa Amerika akan memiliki tambang permata terkaya sepanjang sejarah.
Ralston dan Harpending kemudian membentuk perusahaan investor pribadi dengan modal satu 10 juta dolar Amerika. Untuk menguasai tambang itu, keduanya bermaksud menyingkirkan Arnold dan Slack selaku penemu pertama tambang tersebut. Keduanya ditawarkan uang dengan jumlah yang sangat besar waktu itu; 700.000 dolar Amerika dengan perjanjian tak lagi memiliki saham di perusahaan yang baru saja dibentuk itu. Kedua pemuda itu menyetujuinya.
Raston dan Harpending kemudian membeli peralatan tambang yang menghabiskan jutaan dolar dana yang telah dikumpulkan dari para investor. Mereka kemudian melakukan eksplorasi di daerah Wyoming, lokasi tambang tersebut. setelah melakukan penggalian, ternyata mereka tidak menemukan apa-apa.
Kemudian terungkap bahwa batu permata dan batu mulia lainnya yang ditemukan para ahli ketika melakukan pengujian di lokasi tambang merupakan batu permata yang sengaja ditanam oleh Arnold dan Slack yang dibeli dengan uang tabungannya sebagai pencari emas.
Sementara untuk permata dan berlian yang ditemukan pada saat pengujian ke dua oleh ahli tambang Louis Janin, merupakan permata dan berlian yang belum diolah yang dibeli Arnold dan Slack di Amsterdam dengan dana yang didapat dari Ralston dan Harpending pada pertemuan pertama.
Arnold dan Slack suskse menipu para investor terkemuka di Amerika tersebut. Keduanya lari ke luar negeri dam hidup mewah dengan uang 700.000 dolar Amerika yang diberikan Ralston dan Harpending. Inilah penipuan yang paling menghebohkan sepanjang abat di Amerika.
Kita tentu tak mengiginkan apa yang terjadi di Busang dan Wyoming terjadi di Aceh. Kalau memang Aceh memiliki sumber daya alam yang luar biasa itu, lebih elok kalau eskplotasinya dilakukan oleh Pemerintah Aceh sendiri, tanpa bergantung pada perusahaan luar. Untuk itu tentu sumber daya manusianya harus disiapkan dari sekarang.
Lebih menguntungkan “harta karun” itu disimpan dulu untuk dikelola oleh orang Aceh sendiri ketika sumber daya manusianya siap, tinimbang menyerahkannya sekarang kepada perusahaan luar. Bek let boh puuek ro breuh lam umpang.
Belum ada tanggapan untuk "Eksplorasi Emas"
Post a Comment