Ilmuan tak selamanya suka dihargai. Setelah Nicola Tesla yang membesarkan nama Thomas Alfa Edison, kini muncul Grigory yang memilih miskin dari pada “dipajangkan” di panggung penghargaan.
Grigory Perelman merupakan matematikawan Rusia, pemecah konjektur poincare. Ia menolak dihargai kepakarannya. Bulan lalu ia menolak hadiah satu juta dolar Amerika setara dengan Rp10 miliar. Empat tahun sebelumnya (2006) ia juga menolak penghargaan Fields Medal dari Uni Matematika Internasional.
Grigory menilai kemampuannya tak lebih hebat dari Richard Hamilton, matematikawan Amerika yang pertama kali mengusulkan program untuk memecahkan konjektur poincare tersebut, meski kemudian Grigory lah yang memecahkannya. Setelah memecahkan hal itu ia menganggap dirinya sudah memiliki segalanya sehingga menolak berbagai penghargaan.
Padahal kenyataannya ia hidup miskin dalam sebuah flat yang kumuh. Ia tidur di kasur bekas yang ditinggalkan oleh pemilik flat sebelumnya. Yang sangat mencengangkan adalah alasannya tentang penolakan itu. Ia mengatakan tidak tertarik pada uang dan ketenaran, ia juga tidak ingin dipamerkan seperti hewan di kebun binatang.
Mungkin Grigory tak ingin bernasib sama dengan para ilmuan sebelumnya yang hanya menjadi ahli di laboratorium, sementara hasil kerjanya dinikmati oleh orang lain. katakanlah seperti Nocola Tesla yang hasil kerjanya dinikmati oleh Thomas Alpha Edison. Penemuan-penemuan Tesla kebanyakan malah dipatenkan oleh Edison.
Kalau itu alasan Grigory mungkin wajar dia menolah berbagai penghargaan itu. pengakuan sesungguhnya terhadap keilmuan bukan terletak pada hadiah yang diberikan berbagai lembaga. Tapi lebih dari itu.
Grigory bisa jadi tak ingin kepakarannya, pengetahuan dan riset yang dilakukannya hingga memecahkan konjektur poincare itu dimanfaatkan untuk menggapai tujuan orang lain. Ia tidak ingin menjadi “penolong” bagi orang-orang yang kelak akan menggunakan temuannya itu untuk tujuan ekonomis, sementara ia yang menemukan dan memecahkan hal tersebut terlupakan setelah hadiah itu diterimanya. Rp10 miliar sangat kecil untuk membayar semua itu. Matematikawan Rusia itu mungkin tak ingin menjadi Tesla yang karya intelektualnya “dirampok” Edison.
Pada tahun 1883, Tesla ilmua Serbia bekerja di perusahaan kontinental Edison. Ia diajak untuk hijarah ke Amerika oleh Charles Batchelor, manejer pabrik dan teman dekat Thomas Edison.
Ketika Tesla bertemu dengan Edison di New York, ia dipekerjakan secara langsung. Tesla bekerja 18 jam per hari. Saat itu ia menemukan cara untuk memperbaiki dinamo ciptaan Edison yang belum sempurna. Ia nemawarkan diri untuk mendesain ulang dinamo tersebut. Padahal untuk memperbaiki itu Edison sudah bertahun-tahun melakukannya dan hasilnya gagal.
Edison sangat setuju dan memberinya hadiah $50.000 setelah Tesla benar-benar berhasil memperbaiki versi dinamo itu menjadi lebih baik lengkap dengan kendali otomatis. Setelah itu Tesla tetaplah Tesla tak ada yang berubah, ia tetap pekerja di laboratorium, sementara Edison menerima pujian sebagai pencipta yang brilian, padahal Tesla yang layak meneriman pujian dan nama besar tersebut.
Begitu juga ketika Tesla menciptakan sistim alur listrik bolak balik ( alternting current-AC). Saat itu Edison sangat yakin dengan sitim listrik temuannya yang searah (direct curent-DC). Edison bukan hanya saja menolak mendukung temuan Tesla itu, tapi juga berusaha untuk mengambil temuan Tesla itu sebagai hasil karyanya.
Tesla kemudian meminta bantuan pada George Westinghouse seorang pemilik perusahaan listrik. Sistim AC temuan Tesla inilah yang menjadi standar listrik hingga sekarang. Namun, setelah Tesla mendaftarkan temuan itu sebagai hak patennya dan memperoleh royalti. Para ilmuan lain kemudian datang mengakui bahwa merekalah yang meletakkan dasar terhadap temuan Tesla itu. Nama Tesla tenggelam dalam hiruk pikuk itu, temuan arus AC itu kemudian malah melambungkan Westinghouse. Dalam kasus Grigory matematikawan Rusia, tentunya ia tidak ingin bernasib sama seperti Tesla.
Tesla benar-benar ilmuan yang kurang beruntung dengan berbagai ciptaan dan temuannya. Kasus lainnya adalah ketika Guglielmo Marconi disebut-sebut sebagai pencipta radio. Tapi hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa ketika Marconi menyiarkan sinyal radio ke seberang Terusan Inggris tahun 1899, sesungguhnya ia menggunakan paten yang didaftarkan Tesla pada 1897. Hasil karya Marconi sangat bergantung pada temuan Tesla. Dan lagi-lagi Tesla tak menerima uang dan pujian dari hasil ciptaannya itu.
Kemudian pada tahun 1917 Tesla yang hidup dalam kemiskinan diberitahun bahwa ia akan menerima Medali Edison dari American Institute of Electrical Engineer. Ia menolak menerima medali itu. Tesla menolak itu dengan mengatakan. “Anda menawarkan menghormatiku dengan satu medali yang bisa kusematkan di jaketku dan aku bisa berkeliling dengan bangga selama satu jam yang kusia-siakan di hadapan anggota institut Anda. Anda ingin menghias tubuhku dan terus membiarkanku kelaparan, karena Anda gagal memberikan pengakuan kepada otakku serta produk-produk kreatif benakku yang telah memberikan landasan keberadaan sebaian besar institusi Anda.
Suatu penolakan yang tegas dari seorang Tesla karena ingin dihargai secara sesungguhnya terhadap apa yang telah ditemukand an diciptakannya untuk kemajuan. Ia seakan berpesan, menghargai ilmuan besar sepertinya tak cukup hanya dengan sekeping medali. Pesan yang sama yang sekarang disampaikan Grigoriy dengan menolak penghargaan Fields Medal dari Uni Matematika Internasional.[]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Grigory dan Tesla"
Post a Comment