Sahabat, kita bukanlah pemberontak dan tidak perlu dirimu meraba what’s next dari apa yang kita kerjakan hari ini. Bukankah dari awal kita sudah memproklamirkan kata sepakat untuk sepakat. Bukan sepakat untuk tidak sepakat. Jadi ketika tawaran itu kami tabalkan untukmu, tak perlu lagi ada celoteh.
Dirimu menerima itu sebagai tanggung jawab. Kami salut. Bertahun sudah kau terasing dari dunia yang kita geluti ini. Tapi masih berani kau mengambil tanggungjawab yang kami tawarkan. Sekali lagi kami salut, karena nilai seseorang ditentukan dari keberaniannya memikul tanggung jawab, mencintai hidup dan pekerjaannya.
Sahabat, disinilah kita merajut sutera dengan tenunan dari keyakinan bersama akan perubahan. Lebih dari itu tentu demi Aceh bermartabat. Jadi ketika tawaran itu tertuju padamu, itu bukanlah peluang tapi tanggung jawab. Karena kami masih membutuhkan sahabat sepertimu sebagai keperluan jiwa yang mesti kami penuhi. Jadi sahabat, sekali lagi ini bukan pemberontakan.
Ya kita bukan pemberontak sebagaimana kamu sebutkan. Kita adalah tim, gerilyawan kata yang mewartakan peristiwa. Meski untuk itu kita harus kerja ekstra dalam derita dan tekanan waktu. Tapi tahukah kamu sahabat, penderitaan inilah yang akan mengantarkan takjub menyaksikan esok yang lebih cerah. Derita ini tak kalah menakjubkan dari kesenangan yang akan dibawanya kelak.
Ketika dirimu mengangguk sebagai tanda ‘Ya’ terhadap tawaran itu. Berarti dirimu sudah memilih untuk berkomitmen bersama dalam naungan atap yang sama pula. Dalam kebersamaan itulah kita saling menjaga gairah, agar kerja tak sia-sia.
Gairah yang menjadi elemen pokok untuk meringankan beban dan mengubah hal-hal yang biasa jadi luar biasa, agar kerja bisa dinikmati. Semakin besar gairah itu terpelihara, maka semakin besar energi yang mendorong kita menuju takjub akan hari esok.
Sahabat, takjub itu bukanlah mimpi. Hari ini kita sedang merangkai mimpi itu agar tidak berhadapan dengan kegagalan. Mimpi kita hari ini adalah kenyataaan hari esok selama gairah sanggup kita pelihara.
Selain itu sahabat, rumah tempat kita merangkai mimpi ini bukanlah sebuah jangkar penahan kapal dari arus, tapi tiang utama kapal tempat layar disangkutkan. Angin pembaharuan akan menghujamnya dan bahtera kita akan terdorong ke dermaga, tempat takjub itu menanti kita. ***
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Untuk 37 Sahabat yang Berduka"
Post a Comment