Sabtu (4/10) Dr Tgk Muhammad Hasan Di Tiro tiba di Bandara KLIA, Kuala Lumpur, Malaysia. Tokoh yang enam kali diisukan meninggal oleh pemerintah orde baru itu terlihat sehat.
Pesawat MAS Boing 737-400 mendarat mulus di Bandara KLIA, pukul 09.30 waktu Malysia (10.30 waktu Aceh) setelah menempuh perjalanan 12 jam dari Bandara Arlanda Stokhom, Swedia.
Hasan Tiro keluar dari pesawat sambil melambaikan tangan ke arah rombongan petinggi GAM dan warga Aceh di Malaysia yang menjemputnya. Sambil menebar senyum pria yang digelar Wali Nanggroe itu menyalami mereka satu persatu.
Deklarator GAM itu terlihat bugar. “Tidak semua orang bisa berjabat tangan dengan wali, karena beliau harus istirahat,” jelas Juru BIcara KPA, Ibrahim KBS yang ikut menjemput Hasan Tiro.
Dari bandara Hasan Tiro dibawa untuk istirahat di suatu tempat antara Selangor dan Kuala Lumpur. “Kami belum bisa menyebutkan tempat yang pasti dengan berbagai pertimbangan,” lanjut KBS.
Di Malaysia, Hasan Tiro bertemu dengan tokoh-tokoh Aceh, serta ulama yang datang dari Aceh. Menurut KBS hal itu dilakukan untuk menepis tuduhan bahwa Hasan Tiro tidak mengetahui dan tidak diberitahukan soal kesepakatan damai. “Beliau ingin bersilaturrahmi dan menepis tudingan miring itu,” ungkap KBS.
Ketika berangkat dari Sewdia, Hasan Tiro didampingi delapan orang, diantaranya Malik Mahmud dan Zaini Abdullah. Sedangkan staf Uni Eropa menunggu di Kuala Lumpur.
Menurut KBS, Hasan Tiro juga akan mengadakan pertemuan dengan beberapa orang asing yang peduli dengan perdamaian Aceh. Utusan Pemerintah RI juga dikabarkan akan bertemu dengan pimpinan GAM tersebut.
Sementara itu jadwal kepulangan Hasan Tiro ke Aceh tetap pada 11 Oktober. “Kami usahakan sampai agak pagi di Bandara Sultan Iskandar Muda,” lanjut KBS.
Hasan Tiro akan kembali ke Aceh dengan dua pesawat carteran milik maskapai Fire Fly anak perusahaan MAS. Pesawat jenis foker itu akan membawa sekitar 150 tokok Aceh di luar negeri, termasuk ulama, wartawan dan utusan Uni Eropa. “Ini kepulangan beliau setelah keluar dari Aceh pada tahun 1979 lalu,” jelas KBS.
Ketua Pansus Wali Nanggroe, Mukhlis Muktar mengatakan, akan mengundang Hasan Tiro untuk dengar pendapat tentang konsep Wali Nanggroe. “Kami akan datang ke beliau bila beliau tidak datang ke DPRA,” kata Mukhlis.
Menurut Mukhlis, Hasan Tiro merupakan orang pertama yang akan menjabat Wali Nanggroe yang akan menjadi pemersatu masyarakat Aceh. “Jadi beliau bukan lagi milik golongan tapi milik seluruh masyarakat Aceh,” lanjut Mukhlis.
Hasan Tiro memang tokoh penuh kontroversi. Pada 1 September 1954 ia mengultimatum Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, yang dianggapnya telah bertindak fasis komunis dan melakukan genocida di beberapa daerah.
Atas tindakannya itu passport Hasan Tiro dicabut, ia ditangkap pihak imigrasi Amerika Serikat dan ditahan di Ellis Island. Namun setelah membayar denda US$500, Hasan Tiro dibebaskan.
Dalam perjalanannya, Hasan Tiro kemudian pindah dan bermukim di Swedia. Saat Aceh berlaku Darurat Militer (DM) pada tahun 2003. Pemerintah RI menginginkan Swedia mengekstradisi Hasan Tiro. Namun pada 5 Mei 2003, Pemerintah Swedia melalui Juru Bicara Deplu, Jan Jonanius menolaknya.
Hubungan diplomatik Indonesia dan Swedia pun terancam. Senin malam 2 Juni 2003, Swedia menutup kantor kedutaannya di Jakarta.
Pemerintah Indonesia juga menyerahkan dokumen setebal 1.500 halaman kepada Kejaksaan Stochlom. Isinya Hasan Tiro dituding terlibat sejumlah aksi terorisme. Dua petinggi GAM, Malik Mahmud dan Zaini Abdullah pun ditahan.
Namun empat hari kemudian keduanya dibebaskan dengan sejumlah kompensasi ekonomi. Sebelumnya, pada Mei 2003 Mabes Polri menyebarkan red notice ke 180 negara untuk menjerat Hasan Tiro namun juga gagal.
Malah, Tim Kejaksaan Stockholm, Swedia yang dipimpin Thomas Linstrad pada Maret 2004 juga pernah melakukan investigasi ke Indonesia terkait laporan Pemerintah Indonesia tentang dakwaan keterlibatan Hasan Tiro terhadap sejumlah aksi terorisme. Linstrad kemudian menyatakan dakwaan itu tidak terbukti.
Kini Hasan Tiro selangkah lagi akan tiba di Aceh. Simpul sejarah Aceh pun berubah dari mesiu ke damai. Akhirnya, tempora muntatur etnos muntatur ilis. Waktu itu berubah dan kita ikut berubah di dalamnya, termasuk sang Wali; Hasan Tiro. [iskandar norman/murthalamuddin]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Hasan Tiro Bertemu Ulama di Malaysia"
Post a Comment