Dalam bekerja bukan masalah yang mengganggu kita, tapi kuatir yang berlebihan. Bisa saja kita kuatir tidak mendapatkan sesuatu, kuatir tidak bisa mengejar targer, kuatir bisa dianggap sebagai orang gagal, serta kekuatiran-kekuatiran lainnya.
Rasa kuatir yang berlebihan kadang kala membuat kita bekerja di luar kontrol. Imbasnya, emosi tak terkendali, komunikasi jadi mandeg. Ujung-ujungnya ketakpercayaan pada sistem. Itu pun kalau sistem itu ada. Celakanya lagi kalau kuatir bisa menyebabkan pertentangan dengan sistem itu sendiri. Sekali lagi jika sistem itu ada.
Jadi jangan terlalu kuatir agar masalah tidak nampak sebagai gangguan. Kenyataannya, bukanlah masalah yang menganggu kerja kita, tapi cara kita memandang masalah itu. Dalam Epictetus Compassion is the basic of all morality, Arthur Schopenhauer mengatakan, semua itu tergantung pada cara kita memandangnya.
Bila kuatir menjadi cara pandang maka, gagallah akibatnya. Namun, bila masalah dianggap cambuk, maka bekerjalah dengan masalah itu tanpa mempermasalahkannya.
Ketika kita merangkat dari nol ke satu lalu ke dua, tak perlu kuatir angka selanjutnya, karena pada deretan angka di depannya kita akan melangkah, lalu lari menambah deretan angka-angka.
Jadi ketika melaksanakan suatu pekerjaan, tak perlu kuatir akan hasilnya, tapi kuatirlah bila tak melaksanakannya. Percaya atau tidak, rasa kuatir yang berlebihan telah membunuh banyak orang tinimbang kecelakaan kerja. Itu kata Rober Frost.
Alasannya, lebih banyak orang yang penuh kuatir dari pada bekerja penuh. Dampaknya, kuatir sering mengantar orang pada kegagalan. Ia mencontohkan, kasus Kalwarendra seorang ahli akrobat, yang mengadakat pertunjukan sangat berbahaya dan itu diliput oleh banyak media. Saat berjalan di seutas tali di ketinggian, ia jatuh, kepalanya pecah, hancur, ia meninggal.
Ternyata, penyebab kegagalan itu dipicu oleh kuatir yang dialaminya. Dari pengakuan istrinya usai pemakaman terungkap, dua bulan sebelum pertunjukan, Kalwarendra terbangun tengah malam karena takut yang luar biasa akan kegagalan. Akhirnya itu pun terjadi. Kuatir sangat dekat dengan ketakutan lalu lahirlah kegagalan.
Cerita lainnya, seekor tikus dimasukkan dalam kandang kawat. Setiap hari ditakut-takuti oleh kucing, padahal kucing tidak bisa menjamahnya. Tikus itu meninggal meski disediakan banyak makanan oleh tuannya.
Masalah memang sering mendera, itu pasti. Bekerja tanpa masalah juga mustahil. Tapi bagaimana melihat masalah itu sebagai energi positif untuk menghilangkan kuatir. Jadi, jangan buang hari ini dengan mengkuatirkan hari esok.***
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kuatir"
Post a Comment