“Hanya orang gila dan dungu yang percaya bahwa aku tak akan kembali lagi.” Itulah sebuah penegasan Hasan Tiro pada 28 Maret 1979 silam dalam The Prince of Freedom: The Unfinished Diary.
Sehari setelah menukilkan kalimat itu, ia meninggalkan Aceh dengan alasan keamanan. Buku setebal 266 halaman itu ditulis Hasan Tiro selama enam tahun bergerilya di rimba Aceh. Pertama kali ia pulang ke Aceh pada Sabtu, 30 Oktober 1976. Hari itu ia tiba di Kuala Tari, Pasi Lhok, Kabupaten Pidie sekitar pukul 08.30 WIB, setelah 25 tahun menetap di Amerika.
Ia mendarat di desa pesisir itu dengan menggunakan sebuah perahu nelayan. Adalah M Daud Husin dan pasukannya yang menjemput Hasan Tiro pagi itu. Baru pada pukul enam sore, dia menuju ke gunung.
Satu bulan berada di hutan, Hasan Tiro mulai menyusun segala strategi gerilya. Puncaknya pada tanggal 4 Desember 1976, saat ia mendeklarasikan Gerakan Aceh Merdeka di Gunung Halimon, Pidie.
Hasan Tiro punya alasan dalam memilih tanggal 4 Desember sebagai hari deklarasi. Menurutnya, tanggal tersebut punya landasan historis dan simbolis. Pada tanggal 3 Desember 1911 Tengku Chik Maat di Tiro sebagai pemimpin pejuang Aceh melawan Belanda syahid dalam peperangan dengan Belanda di Alue Bhot, Tangse, Pidie.
Dengan terbunuhnya Maat di Tiro, Belanda mengklaim Aceh telah kalah dan menetapkan tanggal 4 Desember sebagai hari runtuhnya Aceh. Tiro membantah anggapan itu. Dia mengatakan, perjuangan Maat di Tiro diteruskan kembali oleh orang-orang yang selamat dalam pertempuran di Alue Bhot. Tengku Chik Maat di Tiro adalah paman Hasan Tiro.
Hasan Tiro pernah memberikan ceramah kepada pengikutnya pada tanggal 11 Februari 1977. Di hadapan pengikut GAM di sebuah bukit, Hasan Tiro membakar semangat para pejuang dengan ceramahnya tentang tanah Aceh. Ia menyebut Aceh sebagai warisan leluhur yang harus dipertahankan, tanpa mengakui nama lain.
Tahun pertama GAM, pengikut-pengikut Hasan Tiro kebanyakan dari keluarga Tiro sendiri dan beberapa mantan pengikut Teungku Daud Beureueh. Angkatan pertama seperti Teungku M Daud Husin (Daud Paneuk), Teungku Taleb, Usman Lampoh Awe, Zaini Abdullah dan Ilyas Abet.
Dari bekas pengikut Daud Beureueh, ada Malik Mahmud Al-Haytar, anak dari pengikut setia Abu Daud Bereueh, Mahmud Al-Haytar. Malik mau bergabung dengan Aceh Merdeka karena punya ikatan sejarah dan emosional.
Sejak keberangkatan Hasan Tiro pada tahun 1979 ke luar negeri, ia pernah kembali beberapa kali ke Aceh. Yang terakhir adalah pada bulan Juni 1990. Setelah tahun itu, Hasan Tiro tidak pernah pulang ke Aceh.
Rabu (24/9), para petinggi GAM menyatakan Hasan Tiro akan kembali pada 11 Oktober 2008. Semoga saja kali ini Wali benar-benar kembali, tanpa harus mengulang hikayat sibak rukôk teuk. [iskandar norman]
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Hasan Tiro dalam Diary"
Post a Comment