Seorang wanita paruh baya ditemukan tewas dengan luka bacok disekujur tubuhnya. Lehernya hampir putus. Satu telinga dan dua jarinya putus. Mayat wanita berusia 35 tahun itu ditemukan di Desa Alu Ie Mirah, Kecamatan Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara, Jum’at, 4 Maret 2005.
Mayat itu ditemukan warga yang hendak gotong royong. Melihat ceceran darah di jalan, mereka menelusuri arah darah itu. Sampai kemudian mereka menemukan sebuah karung berisi mayat tanpa identitas dalam sebuah kubangan
Desa Alu Ie Mirah, merupakan salah satu desa yang rawan ketika konflik mendera Aceh. Di daerah itu sering terjadi kontak tembak antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan aparat TNI. Pihak kepolisian setempat sempat berasumsi kalau mayat tersebut merupakan korban konflik TNI-GAM.
Mayat itu pun kemudian dibawa ke Puskesmas, Jambo Aye. Disanalah terungkap kalau mayat tersebut adalah Yusnizar. Berita penemuan mayat itu pun sampai pada Ibrahim K. Ia kaget ketika mengetahui sepupunya itu tewas dibunuh.
Asumsi pihak kepolisian pun terbantahkan, setelah beberapa saksi mata menyampaikan keterangannya. Menjelang magrib Yusnizar diboncengi oleh Ridwan. Menurut Ibrahim K, paman korban, sebelum berangkat, Yusnizar yang berprofesi sebagai penjaja pakaian angsuran itu, meminta kepada anaknya untuk mengambil tas yang berisi kwitansi sambil mengatakan kalau ia akan menagih utang pada Ridwan.
Hal yang sama juga diungkapkan Kapolsek Jambo Aye, Ipda Syafran. Menurut Syafran, ketika sampai di Panton Labu, Yusnizar menumpang RBT (ojek-red) menuju ke Simpang Karona, Lhok Nibong, Kecamatan Pante Bidari, Kabupaten Aceh Timur.
Sampai disana ia menuju ke tempat pembuatan perabot milik Ridwan, untuk menagih utang Rp 2,5 juta. Yusnizar menagih utang tersebut karena butuh uang, suaminya M Isa alias Jack sedang berurusan dengan pihak kepolisian. Tapi Ridwan tidak menyanggupinya.
Akhirnya Yusnizar dibawa ke rumah Ridwan di Desa Lhok Meureuboe, Kecamatan Jambo Aye. Mereka berangkat bersama dengan mengendarai sepeda. Awalnya Ridwan sempat menolak, alasannya ia malu bila mertuanya mengetahui hal itu. Ridwan pun membujuk Yusnizar agar tidak usah ikut ke rumahnya. Tapi Yusnizar tetap ngotot.
Mereka pun akhirnya berangkat bersama. Sampai di Desa Alue Ie Mirah, Ridwan dan Mukhtar turun dari sepeda karena ada tanjakan. Disebuah tanggul yang agak tinggi, keduanya terlibat percekcokan. Karena emosi, Ridwan kemudian menampar Yusnizar.
Tersulut emosi, Yusnizar menarik golok milik Ridwan yang digantung di stang sepeda, yang dipersiapkannya untuk gotong royong esok pagi. Golok itu pun diayun ke arah Ridwan “crot” darah mengalir dari pergelangan tangan Ridwan, dua jari Ridwan terluka kena sabetan golok.
Emosi Ridwan pun semakin memuncak. Ia menangkat sepedanya dan melempar ke arah Yusnizar. Wanita paruh baya itu pun tersungkur ke tanah. Golok yang dipegangnya terlepas. Ridwan meraih golok tersebut dan menebas tubuh Yusnizar, hingga wanita itu tewas.
Melihat Yusnizar tak lagi bernyawa, Ridwan panik. Dalam rasa kalut itu, ia melihat sebuah karung pupuk di sekitarnya. Tubuh Yusnizar pun dimasukkan dalam karung tersebut bersama beberapa butir batu. Karung berisi mayat itu kemudian dicampakannya ke dalam sebuah kolam.
Esoknya, karung berisi mayat itu ditemukan oleh warga yang hendak gotong royong. Pihak kepolisian kemudian menghimpun keterangan dari pihak keluarga dan menelusuri arah perjalanan korban, dalam waktu 40 jam, pihak kepolisian berhasil mengungkap pelaku pembunuhan itu. “Kita langsung ciduk Ridwan Bin Jamil di tempat usaha perabot milikinya,” jelas Kapolsek Jambo Aye, Ipda Syafran.
Ketika ditangkap, Ridwan belagak tanpa dosa. Bahkan ketika diperiksa polisi, ia menyangkal telah membunuh Yusnizar. Ia baru mengaku setelah polisi mencocokkan alibinya dengan keterangan warga.
Kepada polisi Ridwan mengaku, hari itu Yusnizar menagih utang padanya Rp 5 juta. Utang tersebut merupakan penyertaan modal usaha perabot yang dikelola Ridwan dengan perjanjian keuntungan dibagi dua.
Warga setempat mengaku kaget ketika mengetahui Yusnizar dibunuh Ridwan. Pasalnya, keduanya sudah seperti keluarga. Bahkan saat Yusnizar memperbaiki rumah, Ridwan lah yang membantu memasang jendela.
Kematian Yusnizar menyisakan duka yang mendalam bagi Nuraini, anak perempuan Yusnizar tersebut mengaku selama ini ibunyalah yang menjadi tumpuan keluarga. Sementara abangnya, Arismunandar kini mengalami cacat patah tulang, karena tertimpa kayu beberapa hari sebelum ibunya itu meninggal.
Sastu-satunya harapan Nurani tertumpu pada kakaknya, Dedi. Tapi anak pertama Yusnizar itu tidak jelas juntrungannya, karena pasca musibah gempa dan tsunami 26 Desember 2004, Dedi berangkat ke Banda Aceh untuk mencari kerja. Sementara M Isa, ayah tirinya yang baru tiga bulan mengawini ibunya, ditangkap polisi entah dalam kasus yang tidak jelas.***
(Iskandar Norman dan Murthalamuddin)
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Mayat Dalam Karung"
Post a Comment