Khairunnisah, empat hari tidak pulang. Ketika ditemukan Kamis, 17 Februari 2005 telah jadi mayat. Anak pertama pasangan Salahuddin (40) dan Nurhayati (20) warga Desa Paya Abo, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, ditemukan di sebuah rumpun bambu.
Disekujur tubuh bocah berusia 4,5 tahun itu, terdapat beberapa tusukan. Diantaranya di ubun-ubun, sekitar kening dan dada. Telinga dan dadanya pun tidak utuh lagi. Badannya seperti tersayat benda tajam.
Tragsinya lagi, kemaluan bocah itu rusak. Kulit muka sampai kepala terkelupas. Kedua daun telingannya terpotong. Kedua matanya seperti tercongkel. Mulutnya terbuka dengan lidah menjulur. Ujung lidahnya sudah dipotong. Di kedua tangannya juga terdapat luka sayatan yang cukup dalam. Sekujur tubuh bocah itu dilumuri oli bekas.
Menurut keluarga korban, tiga hari sebelumnya, Khairunnisah dengan mengendarai sepeda mengunjungi neneknya, yang tidak begitu jauh dari kediaman orang tuanya. Tapi sampai pukul 17.30 Wib bocah itu belum pulang. Salahuddin pun mencari Khairunisah ke rumah neneknya. Tapi menurut neneknya, Khairunnisah sudah pamitan pulang.
Dengan perasaan galau, Salahuddin terus mencari buah hatinya itu. Dari keterangan warga setempat diketahui kalau Khairunnisah sebelum pulang sempat bermain dengan Raudhah (9 tahun) kawannya di rumah Ishak, kakeknya Raudhah.
Kemudian dengan menggunakan sepeda, kedua bocah itu menuju ke rumah Raudhah di Desa Tanoh Mirah, yang bersebelahan dengan Desa Paya Abo, untuk mencari buah sawo. Setelah itu keduanya pun kembali ke rumah Ishak. Sejak itulah keberadaan Khairunnisah tidak diketahui lagi.
Berita kehilangan Khairunnisah malam itu tersebar ke sejumlah penduduk. Secara bersama-sama mereka melakukan pencarian. Tak lama kemudian mereka menemukan sepeda milik Khairunisah bersama satu kantong kresek buah sawo dekat sebuah perdu bambu.
Tak jauh dari sepeda itu juga ditemukan celana dalam milik Khairunnisah. Penduduk yang dibantu aparat TNI pun memfokuskan pencarian sekitar perdu bambu itu. Namun bocah itu tidak juga ditemukan.
Cari Bantuan Dukun
Beberapa orang dukun kemudian dipanggil untuk melakukan penerawangan di sekitar perdu bambu itu, tapi tidak juga berhasil. Seorang dukun mengatakan kalau Khairunnisah masih berada di sekitar perdu bambu tersebut. masyarakat pun kembali melakukan pencarian, tapi lagi-lagi gagal.
Beberapa orang dukun yang diajak bersama warga untuk melakukan pencarian ke lokasi itu, dengan berbagai alasan tidak bersedia datang. Warga pun semakin resah. Dalam keadaan demikian, Salahuddin, ayah Khairunnisah meminta bantuan seorang paranormal kenalannya di Desa Bungkah, Kecamatan Muara Dua, Kabupaten Aceh Utara.
Hasil penerawangan para normal tersebut juga menyebutkan Khairunnisah masih berada di sekitar perdu bambu itu. tapi warga tidak dapat melihat karena dihalangi sejenis mahkluk halus. “Nanti malam kalian berjaga-jaga di kawasan perdu bambu ini,” pesannya kepada warga.
Keberadaan para normal itu sendiri sangat tertutup. Malah keluarga korban enggan memberitahu sosok misterius itu. “Lebih baik jangan tulis nama beliau, ini sangat sensitif,” pinta Salahuddin.
Menjelang dini hari, warga yang berjaga-jaga di sekitar perdu bambu itu, melihat seberkas sinar dari beberapa penjuru jatuh ke perdu bambu tersebut. Menurut para normal tadi, itulah petunjuk keberadaan Khairunnisah.
Esoknya, Khairunnisah memang ditemukan di rumpun bambu itu. Saat ditemukan, tubuh Khairunnisah sudah terbujur kaku. “Saya seakan tidak percaya. Berulang kali kami sudah melihat ke tempat itu, tapi Khairunnisah tidak kami temukan. Malah saya sempat memotong dahan bambu di atas tempat anak saya ditemukan. Untung dahan itu tidak putus, kalau tidak sudah mengenai tubuhnya,” jelas Salahuddin dengan nada datar.
Saat ditemukan kondisi tubuh Khairunnisah sangat mengenaskan. Tubuhnya terlentang dengan paha telanjang tanpa celana terbuka lebar. Bajunya tertarik sampai ke dada. Ubun-ubun dan keningnya terdapat bekas tusukan benda tajam.
Dadanya berlubang. Kulit muka sampai kepala terkelupas. Kedua daun telingannya terpotong. Kedua matanya seperti tercongkel. Mulutnya terbuka dengan lidah menjulur. Ujung lidahnya sudah dipotong. Di kedua tangannya juga terdapat luka sayatan yang cukup dalam. Disekujur tubuhnya dilumuri oli bekas.
Menurut aparat TNI yang ikut melakukan pencarian, bocah itu terlebih dahulu diperkosa sebelum dibunuh. Melihat kondisi Khairunnisah, keluarganya yakin kalau itu ulah perbuatan seseorang. “Kalau mahkluk halus yang melakukannya pasti tidak meninggalkan bekas,” jelas Salahuddin.
Jenazah Khairunnisah kemudian dibawa ke Puskesmas Peusangan. Setelah dilakukan pemeriksaan dan visum, korban dibawa pulang keluarganya untuk dikebumikan.
Korban Persungihan
Aparat TNI sempat menduga pembunuhan itu dilakukan oleh Murdani dan seorang temannya yang sering disapa Gayo, karena kedua pemuda itu malam tersebut tidak ikut mencari Khairunnisa. Kecurigaan pun mengarah kepada buruh pembuat batu-bata tersebut, yang malam itu berangkat ke Banda Aceh.
Begitu kembali dari mengantar batu bata ke Banda Aceh, keduanya pun diminta untuk menghadap ke pos TNI setempat. Setelah menjalani pemeriksaan, keduanya dibebaskan, karena tidak terbukti melakukan pembunuhan itu.
Kemudian beredar sas-sus kalau pembunuhan itu dilakukan Ishak, kakek Raudhah teman bermain Khairunnisah. Ishak yang berprofesi sebagai dukun itu merupakan ayahnya Murdani. Ishak diduga sedang melakukan persunggihan.
Menurut Khalidah, neneknya Khairunnisah, setelah kejadian itu rumah Ishak diperikas dan digeledah oleh aparat TNI. Di rumah itu ditemukan berbagai benda aneh diantaranya: jeruk perut, kemenyan, jarum, dan berbagai macam peralatan pendukunan. Barang-barang tersebut disita. Namun karena tidak ditemukan bukti kuat, Ishak kemudian dilepaskan.
Motif pembunuhan Khairunnsa masih menjadi teja-teki. Pihak keluarga korban pun lebih bersikap diam. “Kita tidak mau curiga pada siapa-siapa, biarlah pihak kepolisian yang menanganinya. Kami hanya bisa berdoa, semoga Allah menampakkan siapa sebenarnya pembunuh anak kami,” kata Salahuddin dengan nada datar.
(Iskandar Norman, Ikhwati dan Suryadi)
Artikel keren lainnya:
1 Tanggapan untuk "Mayat Dalam Perdu Bambu"
ka musibah lom di gampoeng...
sayang that lagoe..
Post a Comment